Dewasa ini
banyak sekali umat islam yang saling mencaci dengan kata-kata sesat dan
menyesatkan , akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui makna
haqiqi dari kesesatan tersebut, Alloh subhanahu wa ta’ala banyak menyebutkan didalam
al-Qur’an tentang orang-orang yang tersesat dan sifat-sifat mereka.
1. beramal tanpa
didasari ilmu
Secara global
mereka adalah seperti orang-orang nashara yang bodoh terhadap kebenaran dan
sehingga mereka sesat dan menyesatkan, Alloh ta’ala berfirman dalam surat
al-Fatihah :
صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ
Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.[1]
(QS; al-Fatihah : 7 ).
الضَّالِّينَdisini maknanya mereka yang
mengerjakannya suatu amalan tanpa didasari ilmu, maka mereka di katakan sesat
dan menyesatkan.[2]
2. Berlebih-lebihan dalam agama
Alloh juga
berfirman dalam ayat lain berkenaan dengan orang-orang nashrani :
قَدْ ضَلُّوا
مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Artinya : “orang-orang
yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus".
Maksud ayat
ini adalah janganlah berlebih-lebihan dalam mengikuti kebenaran, sehingga
keluar dari koridor syar’i yang telah di tetapkan, menjadikan seorang nabi pada
tingkat ketuhanan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang nashrani terhadap
‘isa ibn maryam, atau berlebih-lebihan dalam menghormati syaiknya/gurunya yang
terkumpul pada sifat sesat dan menyesatkan.[3]Dan
Diantara sebab yang lain kesesatan
orang-orang nashrani mereka berlebih-lebihan dalam agama seperti perkataan
mereka terhadap al-Masih yang telah diceritakan kisahnya dalam ayat yang lain[4].
3. Mereka yang keluar dari jalur keistiqomahan dan kelurusan
dalam menjalankan agama
Ibnu kastir menjelaskan
tentang ayat :
وَأَضَلُّوا
كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Beliau berkata : yakni keluar dari jalur
keistiqomahan dan sikap lurus dalam agama menuju berlebih-lebihan dan
kesesatan.[5]
4. Bodoh
sebelum mendapatkan ilmu (kekhilafan)
Dalam hal ini adalah kisah nabi musa ‘alaihi salam
bahwasanya saat ia melakukan kesalahan dengan membunuh seorang qibthi dengan
satu pukulan kemudian Alloh mengabadikan perkataanya di dalam al-Qur’an :
قَالَ
فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ
Artinya : berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu
itu Termasuk orang-orang yang khilaf”. ( QS; as-Syuara’a : 20 ).
Ibnu abbas, mujahid, qotadah dan adh-dhahak dan selain mereka berkata :
“sedang diwaktu itu aku termasuk orang-orang yang khilaf”. Yaitu aku termasuk orang-orang
yang jahil[6],
sebelum aku mendapatkan wahyu dan sebelum Alloh memberikan nikmat risalah
kenabian untukku.[7]
5. Mendustakan rosul
dan senantiasa mengerjakan dosa besar
Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman :
ثُمَّ
إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ
Artinya : “kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi
mendustakan”. ( QS; al-Waqi’ah : 51 ).
Imam as sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa : “ mereka tersesat dari
jalan kebenaran dan mengikuti kebatilan, serta mendustkan nabi shalallohu
‘alaihi wa sallam dan yang datang dari nabi “.[8]Ayat
ini berkenaan dengan abu jahal dan para sahabatnya[9], Ayat
ini juga sebenarnya berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yakni menceritakan
tentang keadaan orang-orang sesat pada hari kiamat, bahwa mereka akan mendapat
siksa dan azab dari Alloh, dan termasuk salah satu siksaan nya adalah memakan
buah zaqqum[10]
dan meminum air yang sangat panas.
6. Membenci/mendustakan
pertemuan dengan Alloh subhanahu wa ta’la
Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman :
وَأَمَّا إِنْ
كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ
Artinya : “danAdapunjikaDiaTermasukgolongan yang
mendustakanlagisesat”. ( QS; al-Waqi’ah : 92 ).
Mendustkan
kebenaran dan tersesat dari jalan yang lurus[11]
tidak beriman kepada Alloh subahanahu wa ta’ala[12],
serta tidak menyukai pertemuan denga Alloh dan Alloh lebih tidak menyukai
pertemuan dengan mereka, sehingga mereka mendapat siksa dan azab Alloh di dalam
neraka seperti yang di gambarkan dalan dalam lanjutan ayat tersebut.
7. mengikutihawanafsutanpadalildanbukti
yang jelas
Allohta’alaberfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ
أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “ Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu)
ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka
(belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesung- guhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Ibnu katsir menyebutkan dalam tafsirnya[13],“bahwasanya
apabila mereka[14] tidak
menjawab tentang apa yang engkau katakan kepada mereka serta tidak mengikuti
kebenaran, ketahuilah bahwasanya mereka hanya mengikuti hawa nafsu, tanpa dalil
dan bukti,serta mengingkari kebenaran, [15] dan
sesungguhnya Alloh tidak tidak memberi petunjuk pada orang yang zhalim”.
8. menyebabkankeraguanterhadap
orang beriman
Orang-orang musyrik dahulu mereka menakut-nakuti nabi
muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam, serta mengancam beliau dengan
berhala-berhala dan tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Alloh karena
kejahilan dan kesesatan mereka[16], seperti
yang Alloh gambarkan dalam firmannnya :
أَلَيْسَ
اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (36) وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ
مِنْ مُضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ
Artinya : “36.
Bukankah Allah cukupuntukmelindungihamba-hamba-Nya.danmerekamempertakutikamudengan
(sembahan-sembahan) yang selain Allah? dansiapa yang disesatkan Allah
Makatidakseorangpunpemberipetunjukbaginya.danBarangsiapa yang
diberipetunjukoleh Allah, Makatidakseorangpun yang dapatmenyesatkannya.
Bukankah Allah Maha Perkasa lagimempunyai (kekuasaanuntuk) mengazab?”. (QS;
az-Zumar : 36-37 )
Orang-orang yang jahil itu pasti akan tersesat jika ia tidak menuntut ilmu
untuk menghilang kebodohannya tersebut, dan mereka yang tersesat dari kebenaran
jika terus-menerus berada dalam kesesatannya dan tidak mendapat hidayah dari
Alloh di sebabkan kebodohan dan enggan menerima kebenaran bisa saja kemudian
mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Alloh subhanahu wa ta’ala di sebabkan
kebodohannya.
9. menilaibaikdanburuknyasesuatumenuruttakaranhawanafsu
Allohta'laberfirman :
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا
عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا
(42) أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
(43)أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ
إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Artinya : “ Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita
dari sembahan- sembahan kita, seandainya kita tidak sabar(menyembah)nya"
dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling
sesat jalanNya.43. Terangkanlahkepadakutentang orang yang
menjadikanhawanafsunyasebagaiTuhannya.MakaApakahkamudapatmenjadipemelihara
atasnya?,44. atauApakahkamumengirabahwakebanyakanmerekaitumendengarataumemahami.
merekaitutidak lain, hanyalahsepertibinatangternak,
bahkanmerekalebihsesatjalannya (daribinatangternakitu”. (QS; al-Furqaan : 42-44
)
Dalam ayat ini Alloh subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepada nabi
shalallohu ‘alaihi wa sallam, bahwa siapa yang telah di tentukan oleh subhanhu
wa ta’ala celaka dan sesat, maka tidak ada seorangpun yang mampu menunjukinya
kecuali Alloh subhanahu wa ta’ala. Dan
mereka yang sesatitu[17]menjadikanhawanafsunyasebagaituhan.Yaitu,
kapansajadiamenilaibaiksesuatudanmelihatnyasebagaisuatukebaikandarihawanafsunyasendirimakaitulah
agama dantuntunanmereka[18].
Sebagaimana juga firman Alloh dalam surat ar-Ruum ayat 29, menyebutkan
diantaranya orang-orang yang zhalim, melakukan kemusyrikan itu di karenakan
kesesatan dan kebodohan mereka, dan senantiasa mengikuti hawa nafsu.
Alloh ta’ala
berfirman :
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Artinya : “tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa
nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang
telah disesatkan Allah? dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”. (QS;
ar-Ruum : 29 )
10.
kesesatan dan
kekeliruan itu datang dari dalam diri kita dan dari syaithan
Alloh ta’ala berfirman :
قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنِ
اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
Artinya :”Katakanlah: "Jika aku sesat
Maka Sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku
mendapat petunjuk Maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku
kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Dekat". (QS; saba’ :
50 )
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa
seluruh kebaikan itu hanya dari sisi Alloh dan milik-Nya, dan wahyu serta
kebenaran nyata yang diturunkan dari Alloh subhanahu wa ta’ala mengandung
hidayah, penjelasan dan petunjuk. Barangsiapa yang sesat, berarti dia sesat
karena dirinya sendiri[19].
Hal ini senada dengan beberapa firman Alloh
subhanahu wa ta’ala :
وَقُلِ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Artinya : “dan Katakanlah: "Kebenaran
itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". (QS;
al-Kahfi :29 )
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى
فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا
أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya
teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu Barangsiapa
yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya
sendiri. dan Barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya kesesatannya itu
mencelakakan dirinya sendiri. dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap
dirimu". (QS; yunus : 108 )
11. kesesatan itu adalah jalan syaithan, jalannya orang-orang musyrik.
Alloh ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا
تَعْقِلُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka
Apakah kamu tidak memikirkan ?. (Qs; yaasin : 62 )
Alloh ta’ala
mengabarkan pada hari kiamat tentang kondisi orang-orang kafir, dimana Alloh
memerintahkan kepada mereka untuk memisahkan diri, berbeda dengan orang-orang
kafir, sekaligus pertanyaan dari Alloh, yang maksudnya adalah apakah kamu tidak
mempunya akal fikiran saat kalian menyelisihi apa yang di perintahkan oleh rabb
kalian berupa beribadah hanya kepadanya, yang tidak ada sekutu bainya serta
musuh kalian adalah syaithan[20].
Musuh yang nyata bagi kalian sedang kalian bermaksiat kepada Alloh yang maha
pemurah, padahal Allohlah yang menciptakan kalian dan yang memberi rizki kepada
kalian.
[1]Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai
dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
[2]Lihat tafsir as-sa’di, juz 1 hal. 39
(versi maktabah syamilah)
[3]Lihat tafsir ibn kastir juz 3, hal. 152 (
versi maktabah syamilah )
[4]Lihat tafsir as-Sa’di juz 1, hal. 240
(versi maktabah syamilah)
[5]Lihat tafsir ibn kastir juz 3, hal. 152 (
versi maktabah syamilah )
[6]Lihat tafsir at-Thobari, hal. 368
(maktabah syamilah )
[7]Lihat tafsir ibnu katsir juz 6, hal. 144
[8]Liahat tafsir as-Sa’di 56:51 , tafsir
at-Thobari 56:51
[9]Ibnu abbas dalam tafsirnya juz 2 hal 64
[10]Makanan para penghuni neraka, Tafsir ibnu
katsir 56:51
[11]Tafsir as-Sa’di 56:92
[12]Tafsir ibnu abbas 56:92
[13]Juz.6
hal. 283
[14]Ahlutauratdaninjil
(tafsir at-Thobarijuz 19.Hal. 592 )
[15]Lihattafsiribnuabbasjuz
1, hal. 209
[16]Komentaribnukatsirketikamenafsirkansurataz-Zumarayat
36-37, juz. 7 hal. 109
[17]Dalamhalinikaummusyrikin
[18]Lihat,
tafsiribnukatsir, jilid 6 hal. 115
[19]Tafsir ibnu katsir jilid 6, hal. 587
[20]Tafsir ibnu katsir jilid 6, hal. 657
0 Comments:
Posting Komentar