Selasa, 30 September 2014

sesat


KESESATAN
Dewasa ini banyak sekali umat islam yang saling mencaci dengan kata-kata sesat dan menyesatkan , akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui makna haqiqi dari kesesatan tersebut, Alloh subhanahu wa ta’ala banyak menyebutkan didalam al-Qur’an tentang orang-orang yang tersesat dan sifat-sifat mereka.
1.     beramal tanpa didasari ilmu
Secara global mereka adalah seperti orang-orang nashara yang bodoh terhadap kebenaran dan sehingga mereka sesat dan menyesatkan, Alloh ta’ala berfirman dalam surat al-Fatihah :
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.[1] (QS; al-Fatihah : 7 ).
الضَّالِّينَdisini maknanya mereka yang mengerjakannya suatu amalan tanpa didasari ilmu, maka mereka di katakan sesat dan menyesatkan.[2]

2.    Berlebih-lebihan dalam agama
Alloh juga berfirman dalam ayat lain berkenaan dengan orang-orang nashrani :
قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Artinya : “orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".
Maksud ayat ini adalah janganlah berlebih-lebihan dalam mengikuti kebenaran, sehingga keluar dari koridor syar’i yang telah di tetapkan, menjadikan seorang nabi pada tingkat ketuhanan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang nashrani terhadap ‘isa ibn maryam, atau berlebih-lebihan dalam menghormati syaiknya/gurunya yang terkumpul pada sifat sesat dan menyesatkan.[3]Dan Diantara sebab yang lain  kesesatan orang-orang nashrani mereka berlebih-lebihan dalam agama seperti perkataan mereka terhadap al-Masih yang telah diceritakan kisahnya dalam ayat yang lain[4].
3.    Mereka yang keluar dari jalur keistiqomahan dan kelurusan dalam menjalankan agama
Ibnu kastir menjelaskan tentang ayat :
وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Beliau berkata : yakni keluar dari jalur keistiqomahan dan sikap lurus dalam agama menuju berlebih-lebihan dan kesesatan.[5]
4.    Bodoh sebelum mendapatkan ilmu (kekhilafan)
Dalam hal ini adalah kisah nabi musa ‘alaihi salam bahwasanya saat ia melakukan kesalahan dengan membunuh seorang qibthi dengan satu pukulan kemudian Alloh mengabadikan perkataanya di dalam al-Qur’an :
قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ
Artinya : berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu Termasuk orang-orang yang khilaf”. ( QS; as-Syuara’a : 20 ).
Ibnu abbas, mujahid, qotadah dan adh-dhahak dan selain mereka berkata : “sedang diwaktu itu aku termasuk orang-orang yang khilaf”. Yaitu aku termasuk orang-orang yang jahil[6], sebelum aku mendapatkan wahyu dan sebelum Alloh memberikan nikmat risalah kenabian untukku.[7]
5.    Mendustakan rosul dan senantiasa mengerjakan dosa besar
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ
Artinya : “kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan”. ( QS; al-Waqi’ah : 51 ).
Imam as sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa : “ mereka tersesat dari jalan kebenaran dan mengikuti kebatilan, serta mendustkan nabi shalallohu ‘alaihi wa sallam dan yang datang dari nabi “.[8]Ayat ini berkenaan dengan abu jahal dan para sahabatnya[9], Ayat ini juga sebenarnya berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yakni menceritakan tentang keadaan orang-orang sesat pada hari kiamat, bahwa mereka akan mendapat siksa dan azab dari Alloh, dan termasuk salah satu siksaan nya adalah memakan buah zaqqum[10] dan meminum air yang sangat panas.
6.    Membenci/mendustakan pertemuan dengan Alloh subhanahu wa ta’la
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ
Artinya : “danAdapunjikaDiaTermasukgolongan yang mendustakanlagisesat”. ( QS; al-Waqi’ah : 92 ).
Mendustkan kebenaran dan tersesat dari jalan yang lurus[11] tidak beriman kepada Alloh subahanahu wa ta’ala[12], serta tidak menyukai pertemuan denga Alloh dan Alloh lebih tidak menyukai pertemuan dengan mereka, sehingga mereka mendapat siksa dan azab Alloh di dalam neraka seperti yang di gambarkan dalan dalam lanjutan ayat tersebut.
7.    mengikutihawanafsutanpadalildanbukti yang jelas
Allohta’alaberfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “ Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Ibnu katsir menyebutkan dalam tafsirnya[13],“bahwasanya apabila mereka[14] tidak menjawab tentang apa yang engkau katakan kepada mereka serta tidak mengikuti kebenaran, ketahuilah bahwasanya mereka hanya mengikuti hawa nafsu, tanpa dalil dan bukti,serta mengingkari kebenaran, [15] dan sesungguhnya Alloh tidak tidak memberi petunjuk pada orang yang zhalim”.
8.    menyebabkankeraguanterhadap orang beriman
Orang-orang musyrik dahulu mereka menakut-nakuti nabi muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam, serta mengancam beliau dengan berhala-berhala dan tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Alloh karena kejahilan dan kesesatan mereka[16], seperti yang Alloh gambarkan dalam firmannnya :
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (36) وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ
Artinya : “36. Bukankah Allah cukupuntukmelindungihamba-hamba-Nya.danmerekamempertakutikamudengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? dansiapa yang disesatkan Allah Makatidakseorangpunpemberipetunjukbaginya.danBarangsiapa yang diberipetunjukoleh Allah, Makatidakseorangpun yang dapatmenyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagimempunyai (kekuasaanuntuk) mengazab?”. (QS; az-Zumar : 36-37 )
Orang-orang yang jahil itu pasti akan tersesat jika ia tidak menuntut ilmu untuk menghilang kebodohannya tersebut, dan mereka yang tersesat dari kebenaran jika terus-menerus berada dalam kesesatannya dan tidak mendapat hidayah dari Alloh di sebabkan kebodohan dan enggan menerima kebenaran bisa saja kemudian mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Alloh subhanahu wa ta’ala di sebabkan kebodohannya.
9.    menilaibaikdanburuknyasesuatumenuruttakaranhawanafsu
Allohta'laberfirman :
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا (42) أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (43)أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Artinya : “ Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan- sembahan kita, seandainya kita tidak sabar(menyembah)nya" dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalanNya.43. Terangkanlahkepadakutentang orang yang menjadikanhawanafsunyasebagaiTuhannya.MakaApakahkamudapatmenjadipemelihara atasnya?,44. atauApakahkamumengirabahwakebanyakanmerekaitumendengarataumemahami. merekaitutidak lain, hanyalahsepertibinatangternak, bahkanmerekalebihsesatjalannya (daribinatangternakitu”. (QS; al-Furqaan : 42-44 )
Dalam ayat ini Alloh subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepada nabi shalallohu ‘alaihi wa sallam, bahwa siapa yang telah di tentukan oleh subhanhu wa ta’ala celaka dan sesat, maka tidak ada seorangpun yang mampu menunjukinya kecuali Alloh subhanahu wa ta’ala. Dan mereka yang sesatitu[17]menjadikanhawanafsunyasebagaituhan.Yaitu, kapansajadiamenilaibaiksesuatudanmelihatnyasebagaisuatukebaikandarihawanafsunyasendirimakaitulah agama dantuntunanmereka[18].
Sebagaimana juga firman Alloh dalam surat ar-Ruum ayat 29, menyebutkan diantaranya orang-orang yang zhalim, melakukan kemusyrikan itu di karenakan kesesatan dan kebodohan mereka, dan senantiasa mengikuti hawa nafsu.
Alloh ta’ala berfirman :
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Artinya : “tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? dan Tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”. (QS; ar-Ruum : 29 )
10.    kesesatan dan kekeliruan itu datang dari dalam diri kita dan dari syaithan
Alloh ta’ala berfirman :
قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
Artinya :”Katakanlah: "Jika aku sesat Maka Sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk Maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Dekat". (QS; saba’ : 50 )
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa seluruh kebaikan itu hanya dari sisi Alloh dan milik-Nya, dan wahyu serta kebenaran nyata yang diturunkan dari Alloh subhanahu wa ta’ala mengandung hidayah, penjelasan dan petunjuk. Barangsiapa yang sesat, berarti dia sesat karena dirinya sendiri[19].
Hal ini senada dengan beberapa firman Alloh subhanahu wa ta’ala :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Artinya : “dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". (QS; al-Kahfi :29 )
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. dan Barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu". (QS; yunus : 108 )
11.  kesesatan itu adalah jalan syaithan, jalannya orang-orang musyrik.
Alloh ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan ?. (Qs; yaasin : 62 )
Alloh ta’ala mengabarkan pada hari kiamat tentang kondisi orang-orang kafir, dimana Alloh memerintahkan kepada mereka untuk memisahkan diri, berbeda dengan orang-orang kafir, sekaligus pertanyaan dari Alloh, yang maksudnya adalah apakah kamu tidak mempunya akal fikiran saat kalian menyelisihi apa yang di perintahkan oleh rabb kalian berupa beribadah hanya kepadanya, yang tidak ada sekutu bainya serta musuh kalian adalah syaithan[20]. Musuh yang nyata bagi kalian sedang kalian bermaksiat kepada Alloh yang maha pemurah, padahal Allohlah yang menciptakan kalian dan yang memberi rizki kepada kalian.



































[1]Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
[2]Lihat tafsir as-sa’di, juz 1 hal. 39 (versi maktabah syamilah)
[3]Lihat tafsir ibn kastir juz 3, hal. 152 ( versi maktabah syamilah )
[4]Lihat tafsir as-Sa’di juz 1, hal. 240 (versi maktabah syamilah)
[5]Lihat tafsir ibn kastir juz 3, hal. 152 ( versi maktabah syamilah )
[6]Lihat tafsir at-Thobari, hal. 368 (maktabah syamilah )
[7]Lihat tafsir ibnu katsir juz 6, hal. 144
[8]Liahat tafsir as-Sa’di 56:51 , tafsir at-Thobari 56:51
[9]Ibnu abbas dalam tafsirnya juz 2 hal 64
[10]Makanan para penghuni neraka, Tafsir ibnu katsir 56:51
[11]Tafsir as-Sa’di 56:92
[12]Tafsir ibnu abbas 56:92
[13]Juz.6 hal. 283
[14]Ahlutauratdaninjil (tafsir at-Thobarijuz 19.Hal. 592 )
[15]Lihattafsiribnuabbasjuz 1, hal. 209
[16]Komentaribnukatsirketikamenafsirkansurataz-Zumarayat 36-37, juz. 7 hal. 109
[17]Dalamhalinikaummusyrikin
[18]Lihat, tafsiribnukatsir, jilid 6 hal. 115
[19]Tafsir ibnu katsir jilid 6, hal. 587
[20]Tafsir ibnu katsir jilid 6, hal. 657

0 Comments:

Posting Komentar