Rabu, 01 Oktober 2014

Ada Apa Dengan Doa Kita



Ada Apa Dengan Doa Kita
(Abu Yusuf Muhammad Yazid)
Diringkas Oleh: Fitra Hudaiya

            Tulisan dalam buku ini adalah penjelasan singkat atas perkataan imam ahli zuhud Ibrahim bin Adham (261 H) yang menjelaskan di dalamnya  beberapa hal dari penghalang terkabulnya doa.
            Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim, ia berkata: “Pada suatu ketika Ibrahim bin Adham masuk ke dalam salah satu pasar di Bashrah, kemudian orang-orang berkumpul di hadapannya seraya bertanya: “Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman di dalam kitab-Nya:
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu..” (QS. Al-Mu’min: 60)
            Sedangkan  kami telah berdoa kepadanya sejak setahun lalu, akan tetapi ia belum juga mengabulkan do’a kami?”. Mendengar pernyataan itu, maka Ibrahim bin Adham menjawab: “Wahai penduduk bashrah, sesungguhnya hati-hati kalian telah mati disebabkan sepuluh hal:
1.      Kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
2.      Kalian menbaca kitabullah tetapi tidak beramal dengannya.
3.      Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah SAW, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
4.      Kalian mengetahui permusuhan setan kepada kalian tetapi kalian justru bersahabat dengannya.
5.      Kalian mengatakan cinta surga tetapi tidak beramal untuk mendapatkannya.
6.      Kalian mengatakan takut neraka tetapi kalian justru menggadaikan diri kalian dengannya.
7.      Kalian mengetahui bahwa kematian itu adalah benar, tetapi kalian tidak bersiap-siap menghadapinya.
8.      Kalian sibuk dengan aib saudara kalian tetapi justru mengabaikan  aib kalian sendiri.
9.      Kalian telah menikmati berbagai nikmat Rabb kalian, akan tetapi kalian mensyukurinya.
10.  Kalian mengubur jenazah di antara kalian tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.
Imam al-Qurthubi telah menyebutkan perkataan semacam ini dalam tafsirnya dengan lafadz-lafadz yang berbeda, akan tetapi dengan makna yang sama.
Qatadah berkata: “Ka’ab al Ahbar berkata, ‘umat ini (islam) diberikan tiga hal yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, selain seorang nabi, yaitu:
Pertama: Apabila Allah Ta’ala mengutus seorang nabi maka ia berfirman kepadanya: “engkau adalah saksi atas umat mu.”, dan “Aku menjadikan kalian (umat Islam) saksi atas sekalian umat manusia.”[1]
Kedua: adalah Allah berfirman kepada nabi: “sekali-kali, tidak ada kesempitan bagimu dalam agama. Dan kepada umat ini Allah berfirman: “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al Hajj: 78).
Ketiga: adalah Allah berfirman kepada nabi: “berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan do’amu! Dan kepada umat ini Allah berfirman: “berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’min: 60).”[2]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Akan senantiasa dikabulkan do’a seorang hamba, selama ia tidak berdo’a di dalamnya dengan permohonan yang mengandung dosa (kemaksiatan) atau dimaksudkan untuk memutusakn silaturrahmi atau tergesa-gesa dalam do’anya itu. Mereka (para sahabat) bertanya:  “apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa itu, ya rasulullah?” beliau bersabda: “pendo’a itu mengucapkan, aku telah berdo’a, aku telah berdo’a; akan tetapi aku belum juga melihat bahwa do’aku dikabulkan.” Maka, ketika itupun ia berhenti dan tidak lagi berdo’a.”
Ketahuilah, sesungguhnya yang termasuk dosa adalah semua hal yang mengandung dosa, sedangkan yang termasuk memutuskan silaturrahmi adalah melakukan berbagai hal yang dapat mengganggu hak-hak kaum muslim dan dapat membuat mereka terzhalimi.
Sahl bin Abdullah at-Tastari berkata: “Syarat doa itu ada tujuh, yaitu: rendah diri, takut, rasa harap, konsisten, khusyu’, bersifat umum dan makan yang halal.”
Kita kembali kepada kata-kata Ibrahim bin Adham untuk menjelaskan sedikit dan melihat kondisi yang mengerikan pada umat kita yang sedang tercabik-cabik melalui hal itu.

1.     Kalian Mengenal Allah Tetapi Tidak Menunaikan Hak-Nya
Ibnu Katsir ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).   Beliau berkata: ….. Ibnu Juraij berkata: “Maksudnya adalah, dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengenal-Ku…”
Maka dari itu, agar ciptaan-Nya yang berasal dari kalangan jin dan manusia mengenal-Nya, lalu beribadah kepada-Nya saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah mengutus para Nabi dan mengistimewakan mereka dengan berbagai karamah dan mengutus para Rasul dan menguatkan mereka dengan berbagai mu’jizat yang mulia serta menurunkan kitab-kitab yang berisi ayat-ayat yang jelas dan terperinci..
Kita telah mengenal-Nya sebagaimana yang Dia kehendaki… Lalu apakah hak Allah atas diri kita? Apakah kita telah menunaikan hak ini sehingga kita berhak untuk mendapatkan pengabulan do’a?
Imam Bukhari berkata: Hadbah bin Khalid bercerita kepada kami: Hammam bercerita kepada kami: qatadah bercerita kepada kami: Anas bin Malik bercerita kepada kami dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: “ketika aku membonceng Nabi SAW, tidak ada yang menghalangi diriku dan beliau melainkan bagian belakang unta.
Maka beliau berkata: “Hai Mu’adz..”
Akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilan mu ya rasulullah”. Kemudian beliau berjalan sebentar, lalu berkata: “hai Mu’adz…”.
Akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilanmu ya Rasulullah”. Kemudian beliau kembali berjalan sesaat, dan kembali berkata: “Hai Mu’adz..”
Akupun menjawab: “Aku menyambut seruan dan panggilanmu ya Rasulullah.”
Beliau bertanya:
“Tahukah kamu apakah hak Allah atas para hamba-Nya?” aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: “Hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian beliau kembali berjalan sebentar, kemudian beliau berkata: “hai Mu’adz bin jabal”, akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilanmu ya Rasulullah”, lalu beliau bertanya lagi: “tahukah kamu apakah hak para hamba atas Allah jika mereka mengerjakan hal itu?” akupun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu” beliau bersabda: “hak para hamba atas Allah adalah hendaknya Dia tidak mengazab mereka”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).

2.     Kalian Membaca Kitabullah Tetapi Tidak Beramal Dengannya
Allah berfirman:
“berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)
            Ibnu Katsir berkata: Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad SAW bahwa beliau telah berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”, hal itu beliau lakukan karena orang-orang musyrik tidak mau menerima al Quran dan tidak mau mendengarnya. Sebagaimana firman Allah  Ta’ala:
وَقَالَالَّذِينَكَفَرُوالَاتَسْمَعُوالِهَذَاالْقُرْآنِوَالْغَوْافِيهِلَعَلَّكُمْتَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang kafir itu berkata: janganlah kalian mendengarkan al Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk di dalamnya agar kalian menang”. (QS. Fushilat: 26)
            Jadi, jika dibacakan al Quran kepada mereka maka mereka akan banyak berceloteh tentang urusan-urusan yang lain agar mereka tidak mendengarnya. Inilah bentuk ketidak acuhan mereka terhadap al Qur’an. Tidak beriman dan tidak membenarkannya juga termasuk perbuatan tidak acuh kepada al Qur’an. Tidak menghayati dan memahaminya juga termasuk perbuatan tidak acuh kepada al Qur’an. Tidak mengamalkan, tidak melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya juga termasuk perbuatan tidak acuh terhadap al Qur’an. Berpaling darinya dan lebih peduli dengan yang lain; baik berupa sya’ir atau perkataan-perkataan atau nyanyian atau omong kosong atau kalam atau mengambil jalan (pandangan hidup) yang diambil dari yang lain, juga termasuk perbuatan tidak acuh terhadap al Qur’an. [Ibnu Katsir].
            Ketahuilah, sesungguhnya mengamalkan al Qur’an pada semua lini kehidupan adalah wajib. Tapi kebanyakan manusia menyimpang, mereka telah berani mewajibkan sesuatu yang bertentangan dan menyelisihi hukum Hakim yang paling bijaksana dengan alasan  bahwa hukum-hukum al Qur’an itu sudah tidak relevan dengan tuntutan dunia baru. Menurut Mereka Orang yang mencuri tidak perlu dipotong tangannya tapi cukup dipenjara beberapa hari atau dengan cara-cara lainnya,  menghalakan zina asalkan di tempat  lokalisasi ataupun pelakunya sama-sama mau. Na’udzu billaah.
            Apakah belum sampai kepada mereka firman-Nya:
وَمَنْأَعْرَضَعَنْذِكْرِيفَإِنَّلَهُمَعِيشَةًضَنْكًاوَنَحْشُرُهُيَوْمَالْقِيَامَةِأَعْمَى
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginyalah kehidupan yang sempit, dan kami akan membangkitkannya dalam kondisi buta pada hari kiamat.” (QS. Thaha: 124)
            Benar….benar…. hal itu telah sampai kepada mereka dan mereka telah mendengarnya, tetapi kehidupan dunia dan perhiasannya telah memperdaya mereka dan menjerumuskan mereka. Semoga Allah melaknat mereka di dalam neraka-Nya.            

3.     Kalian Mengaku Cinta Kepada Rasulullah SAW, Tetapi Meninggalkan Sunnahnya
Sesungguhnya , Allah telah mewajibkan kita mencintai Rasulullah SAW, Dialah yang telah mengutusnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, maka tidak dianggap beriman orang yang tidak mencintai beliau. Hal pertama yang menjadi tanda akan benarnya dalam mencintai beliau adalah mentaati dan mengikuti sunnahnya. Banyak ayat Allah yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya firman Allah:
“Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul, jika kalian berpaling, maka sungguh Allah tidak akan mencintai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 32)
Dan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu masalah maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik dan menjadi penakwilan yang paling baik.” (QS. an-Nisa: 59)
Dan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berpaling dari pada-Nya padahal kalian mendengar.” (QS. al-Anfal: 20)
Dan lain-lainnya: (QS. an-Nur: 54), (QS. Muhammad: 33), (QS. an-Nisa: 80), (QS. an-Nur: 56), (QS. Ali Imran: 31)….

            Bagaimana bisa, suatu kaum mengaku telah mengikuti beliau SAW, padahal mereka telah berpaling dari sunnahnya dan mengingkari para khalifah penggantinya? Bagaimana bisa, mereka mengaku mencintai beliau padahal mereka tidak segera menolong dan membela kehormatannya.

4.     Kalian mengetahui permusuhan setan kepada kalian tetapi kalian justru mengikutnya.
Kita mengetahui dengan yakin permusuhan setan kepada kita,  dan ayat pertama yang Allah Ta’ala kabarkan kepada kita tentang permusuhan Iblis yang terlaknat kepada bapak kita Adam AS, adalah firman Allah Ta’ala:
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (QS. al Baqarah: 36).
            Firman Allah Ta’ala: (sebagian kalian adalah musuh bagi sebagian yang lain)…. Sesungguhnya ini adalah permusuhan yang berkesinambungan selama kehidupan pertama di dunia masih berlangsung… permusuhan yang tidak akan pernah berhenti….. permusuhan yang akan tetap dibawa hingga masuk ke kubur…
            Rabb kita telah memerintahkan kita untuk bermusuhan dengan musuh yang tidak bisa kita lihat ini. Allah berfirman:
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-menyala.” (QS. Fathir: 6).
            Bagaimana kita tidak menjadikannya sebagai musuh yang paling nyata, sedangkan Allah yang maha tinggi dan maha agung telah menjelaskan kepada kita bahwa Iblis yang terlaknat telah bersumpah dengan kemuliaanNya bahwa dia akan benar-benar bekerja keras untuk menyesatkan kita.
            Seaungguhnya Allah Ta’ala telah melarang kita untuk mengikuti langkah-langkah musuh yang jelas itu dalam banyak ayat, diantaranya adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara sempurna dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata.” (QS. al Baqarah: 208).
            Bagaimana doa kita akan dikabulkan sedangkan di tengah-tengah kita ada penyembahan kepada berhala gaya baru yang mereka sebut sebagai seni. Orang itulah yang matanya buta sehingga di pagi hari kita mendengar para pemuda dan pemudi yang melakukan bunuh diri karena kematian para biduan dan biduanita mereka…. Sedangkan di sore harinya kita melihat ribuan orang saling menbunuh karena ada salah satu klub bola yang mengalahkan klub yang lain.
            Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari setan dan para sekutunya jangan sampai kami melakukan keburukan atas diri kami atau kami melakukannya kepada seorang muslim.

5.     Kalian Mengatakan mencintai Surga, Tapi kalian Tidak Beramal Untuk Mendapatkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al Qashash: 83).
            Mereka adalah kelompok kecil yang berjumlah sedikit yang mengetahui nilai tawadhu’ kepada Allah dan bersikap lembut kepada orang-orang beriman. Janganlah kamu mencari kedudukan yang tinggi di dunia yang fana ini dan jangan berharap menjadi orang tinggi di dalamnya.
            Adapun kelompok yang paling besar, maka kamu akan melihat orang yang mencari surga hanya dengan angan-angan dan ucapan kosong, mereka sangat menginginkan kebaikan-kebaikan surga yang indah tetapi sungai kelalaian menyeret mereka dan menjerumuskannya ke lautan api yang dinyalakan yang akan naik sampai ke hati.
            Dimanakah upaya yang terpuji itu wahai orang-orang yang tertidur di dalam angan-angan kosong dari amalan yang diterima?? Orrang meninggalkan shalat mencintai surga, orang yang memakan riba juga mencintai surga, orang yang mengingkari puasa juga menyukai surga. Lantas surga apa yang mereka bicarakan?? Ketika kamu bertanya kepada mereka atau kamu menasehati mereka , niscaya akan mengatakan mengatakan kepadamu: “barang siapa yang mengucapkan laa ilaha illallaah niscaya akan masuk surga…” kalimat ini adalah kalimat yang hak, akan tetapi mereka menjadikannya alasan untuk berpegang dengan hawa nafsu mereka yang batil.. memang benar laa ilaaha illaah adalah kunci surga, setiap kunci itu harus memiliki gigi-gigi agar bisa untuk membuka.
            Ya Allah jadikanlah kami mencintai apa yang berada di sisi-Mu, dan bantulah kami dalam usaha kami menuju kepadanya… dan jadikanlah keinginan kami adalah keridhaan-Mu wahai Rabb manusia… Wahai Rajanya manusia… Wahai Ilahnya manusia.

6.     Kalian Mengatakan Takut Dengan Neraka Tetapi Kalian Menggadaikan Diri Dengannya
Sesungguhnya “takut terhadap api” adalah perkataan yang tidak asing dan sering terdengar di telinga kita… subhanallah, takut terhadap api dunia akan menjadikan pelakunya (yang merasa takut) berusaha “agar terhindar dari kebakaran.” Sehingga mereka mau membayarkan sejumlah uang kepada perusahaan asuransi setiap tahun (agar harta mereka terlindungi dan mendapatkan ganti rugi, jika terjadi kebakaran).
Subhanallah, mereka melindungi diri mereka dari neraka kecil tetapi lalai dari menjaga diri dari neraka hamiyah yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu… mereka takut mobilnya terbakar atau rumahnya roboh atau kebunnya terbakar tetapi mereka tidak takut dengan kulit-kulit mereka yang setiap kali hangus maka akan diganti dengan kulit yang lain agar mereka merasakan siksaan.
Apakah mereka mengetahui bahwaashabul yamin (golongan kanan) akan saling bertanya tentang keadaan mereka, lalu mereka akan menjawab dengan firman Allah Ta’ala:
“…. Kami bukan termasuk orang-orang yang shalat. Dan kami juga bukan termasuk orang yang suka memberi makan orang miskin. Dan kami membicarakan yang batil bersama orang-orang yang membicarakan. Dan kami mendustakan hari pembalasan hingga kematian datang kepada kami.” (QS. al Mudatstsir: 47).
Jadi, Allah memiliki hak pada diri kita, marilah kita melaksanakan shalat, marilah kita memberi makan anak yatim dan orang miskin, menghentikan pembicaraan yang batil dan bermain-main.
Sesungguhnya Allah akan menghinakan anak keturunan Adamdengan kematian, kemudian menjadikan dunia sebagai rumah kehidupan, kemudian menjadi rumah kematian, dan menjadikan akhirat sebagai rumah pembalasan kemudian menjadi rumah kekekalan.


7.     Kalian Mengetahui Bahwa Kematian Itu Adalah Benar Tetapi Tidak Bersiap-Siap Menghadapinya
Maha Suci Allah yang Maha Kekal seorang diri, dan menetapkan kehancuran bagi makhluk-Nya. Allah berfirman:
“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.”  (QS. al Anbiya: 35).
Sungguh banyak firman Allah yang menyinggung tentang masalah ini,  diantaranya:  (QS. al ‘Ankabut: 57), (QS. as Sajadah: 11), (QS. an Nisa: 78), (QS. al An’am: 61), (QS. al Waqi’ah: 60)  dan lain-lain.
Marilah kita bertaubat sebelum datang malaikat maut kepada kita lalu lisan kita terasa berat (untuk mengatakan taubat) karena sekarat. Allah berfirman:
“Dan datanglah sakaratul maut dengan benar, itulah hal yang kalian lalai dari padanya.” (QS. Qaaf: 19).
Bertaubatlah dan bertaubatlah…. Dan bersiap-siaplah menjalani perjalanan akhirat, karena kita tidak akan bisa kembali ke dunia hingga hari bangkit.
Bersiaplah untuk menghadapi perjalanan menuju persinggahan akhirat yang pertama yaitu alam kubur… siapkanlah diri kalian untuk menghadapi himpitannya dimana jika seseorang selamat dari padanya niscaya Sa’ad akan benar-benar selamat dari himpitannya. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dari hadits Ibnu Umar:
“Jika ada seseorang yang bisa selamat dari himpitan kubur niscaya Sa’ad bin Mu’adz akan benar-benar selamat, dia juga mengalami himpitan tetapi kemudian dia diberi kenyamanan..”- dikeluarkan oleh Suyuthy dalam Jami’u Shoghir dan dishahihkan oleh al-Albani-.
Apabila ada seorang hamba beriman yang dikubur, maka kuburan akan berkata: “selamat datang…. Sesungguhnya kamu adalah orang yang paling aku cintai untuk berjalan di atas permukaanku hingga pada hari ini akhirnya kamu mendatangi diriku, sekarang kamu telah berada di dalam tubuhku, maka kamu akan melihat kelakuanku kepadamu”. Maka kemudian kuburnya diluaskan seluas mata memandang dan dibukakan baginya pintu menuju menuju surga…
Adapun jika hamba yang fajir atau kafir dikubur, maka kuburan itu akan berkata kepadanya: “Tidak ada kata selamat datang bagimu… karena kamu adalah orang yang paling tidak aku sukai yang berjalan di atas permukaanku hingga hari ini kamu mendatangi diriku, maka kamu akan melihat kelakuanku kepadamu”… Maka kemudian kuburannya menyempit hingga bertemu kedua sisinya dan berhamburanlah tulang belulangnya, dan datanglah 70 ekor ular berbisa, kalaulah ada seekor ular (dari ketujuh puluh ekor itu) yang diletakkan di atas bumi niscaya tidak akan sesuatupun yang  bisa tumbuh. Dan selama dunia masih ada, maka ular-ular itu akan menggigit dan mematuknya hingga datangnya hari perhitungan.. Sesungguhnya kuburan adalah salah satu taman dari taman-taman surga atau salah satu jurang dari jurang-jurang api neraka…”. (Dikeluarkan oleh Imam Suyuthi dalam jami’u Shahih dan disandarkan kepada Tirmidzi, al-Albani berkata: Hadits ini dha’if).
Ya allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, siksa kubur, fitnah orang yang masih hidup dan yang telah mati dan dari fitnah Dajjal al masih.

8.     Kalian Sibuk Dengan Aib Orang Lain Tetapi Melupakan Aib Kalian Sendiri
Ini adalah bencana terbesar yang menimpa mayoritas manusia… setiap orang suka melihat aib saudaranya, keluarganya, tetangganya, kerabat dekat mereka dan yang jauh. Dia selalu mengintainya siang dan malam, dan dia tidak melihat bahwa dirinya juga memiliki aib.
Di warung-warung kopi, klub-klub, bioskop-bioskop dan pasar-pasar tidak ada yang kamu dengar selain ghibah, kedustaan, cela mencela, adu domba, bersilat lidah, berburuk sangka, memakan daging manusia yang masih hidup dan yang sudah mati, laknat dan pengkafiran..  Fulan ini begini dan begini.. dan fulanah itu begini dan begini.. seolah-seolah seluruh makhluk tidak ada yang melarang kejahatan ini.. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita  lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan panggil-memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kalian mengunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya  Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al Hujurat: 11-12)
Tentang sebab turunnya ayat ini, maka ada perselisihan di kalangan mufassirin, Ibnu Abbas berkata: ayat ini turun berkaitan dengan Tsabit bin Qais bin Syammam yang telinganya agak tuli, jika para sahabat datang lebih dahulu ke majelis Nabi SAW  maka mereka menyingkir darinya, sehingga dia dia duduk di sisi Nabi SAW agar bisa mendengar apa yang beliau sabdakan. Pada suatu hari dia ketinggalan sholat fajar satu raka’at bersama Nabi SAW, maka ketika Nabi setelah selesai shalat, para sahabat menempati tempat duduknya masing-masing, dan mereka saling merapatkan satu sama lain sehingga tidak ada tempat lain untuk satu orang saja. Hingga ada seorang lelaki yang tidak mendapatkan tempat duduk hingga diapun harus berdiri. Maka ketika Tsabit telah selesai melaksakan shalat, dia pun menyibak pundak-pundak manusia seraya berkata: “lapangkanlah…lapangkanlah…”, maka para sahabatpun memberinya jalan hingga dia sampai kepada Nabi SAW, antara dia dengan Nabi ada seorang lelaki, maka Tsabit pun berkata kepadanya: “berilah aku jalan.” Maka lelaki itupun berkata kepadanya: “Aku sudah mendapatkan tempat duduk, lalu menempatinya.” Maka Tsabitpun duduk di belakangnya dengan hati dongkol. Kemudian beliau berkata: “siapa lelaki ini?.” Para sahabat menjawab: “fulan”, maka Tsabitpun berkata: “Ibnu fulanah yang ikut terhina “yaitu nama ibunya ketika masih jahiliyyah, maka lelaki itupun menjadi malu, lalu dia beranjak dari tempat itu.”
Dhahhak berkata: “ayat ini turun berkaitan  tentang utusan Bani Tamim yang cerita mereka disebutkan pada awal surat ini, mereka mengolok-ngolok para sahabat yang fakir, seperti ‘Ammar, Khabbab, Ibnu Fahirah, Bilal, Suhaib, Salman, Salim maula Abi Hudzaifah dan lain sebagainya. Ketiak mereka melihat kondisi mereka yang menyedihkan, maka ayat ini turun kepada orang-orang beriman di antara mereka.”
Mujahid berkata: “makna ayat ini adalah cemoohan orang kaya kepada orang fakir.”
Secara umum intinya adalah: hendaknya jangan sampai ada seseorang yang berani mengolok-olok orang  lain secara langsung, apabila dia melihatnya dalam kondisi kusut atau tubuhnya cacat atau tidak fasih dalam berbicara. Karena bisa jadi hatinya lebih ikhlas dan lebih bersih daripada orang yang kondisinya bertolak belakang dengan hal itu. Dia telah menzhalimi dirinya dengan cara menghina orang yang dimuliakan oleh Allah, dan mengolok-olok orang yang diagungkan oleh Allah.
Mereka disebut kaum karena berdiri bersama pendukung mereka di dalam kekerasan. Dikatakan pula: sesungguhnya kaum itu adalah jamak dari kata qaim, kemudian digunakan dalam setiap bentuk jamak meskipun mereka tidak berdiri. Terkadang, wanitapun juga termasuk kaum secara majaz (kiasan).
Wanita disebutkan secara tersendiri karena cemoohan itu lebih banyak keluar dari mulut mereka.
Imam ath-Thabary berkata: “al-Lamzu itu mencela dengan tangan, mata, lisan dan isyarat, sedangkan al Hamzu adalah celaan yang hanya dilakukan dengan lisan.
Rasulullah bersabda:
“salah seorang dari kalian mampu melihat kotoran yang berada di mata saudaranya tetapi dia justru membiarkan penyakit yang ada di matanya.”
Allah telah menyerupakan ghibah dengan memakan bangkai, karena orang yang sudah mati itu tidak akan tahu kalau dagingnya dimakan, senagaimana orang yang hidup juga tidak mengetahui gunjingan orang yang menggibahnya.
Ibnu Abbas berkata: Allah memberikan perumpamaan ini kepada kasus ghibah karena memakan daging orang yang telah mati itu adalah haram dan busuk, begitu juga ghibah juga haram dalam agama dan keburukan di dalam jiwa.

9.     Kalian Telah Menikmati Berbagai Nikmat Rabb Kalian Tetapi Kalian Tidak Mau Bersyukur Kepada-Nya
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Ibnu Katsir berkata: firman Allah Ta’ala: “dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa saja yang kamu mohonkan”.  Allah mengatakan bahwa Dia telah mempersiapkan bagi kalian apa saja yang kalian butuhkan untuk semua kondisi kalian sesuai dengan apa yang kalian minta dengan keadaan kalian. Sebagian salaf berkata: “dari segala apa yang kalian minta dan yang tidak kalian minta sekalipun.” Sebagian mereka ada yang membaca “wa aataakum min kulli maa saaltumuuhu.”
Firman Allah Ta’ala: “dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan menghinggakannya.”Allah Ta’ala mengabarkan tentang kelemahan hamba-hamba-Nya utnuk menghitung nikamt apalagi untuk mensyukuri, sebagaimana perkataan Thalaq bin Hubaib : sesungguhnya hak Allah itu lebih berat dari pada yang dilakukan oleh para hamba, dan nikmat Allah itu lebih banyak sehingga tidak akan mampu dihitung oleh para hambu, tetapi hendaklah mereka bertaubat di pagi dan sore hari.
Firman Allah Ta’ala: “sesungguhnya manusia itu benar-benar zhalim lagi kufur.”  Kata insan  pada ayat ini adalah lafaz jenis tetapi maksudnya adalah untuk pengkhususan. Ibnu Abbas berkata: Maksudnya adalah Abu Jahal. Ada juga yang mengatakan: maksudnya adalah semua orang-orang kafir.
Syukur adalah ibadah yang Allah perintahkan di dalam firman-Nya: “Tetapi Dialah Allah  maka ibadahilah Dia  dan jadilah kalian orang-orang yang bersyukur.” (QS. az-Zumar: 66).
Akan tetapi Iblis telah membuktikan janjinya kepada mayoritas manusia, mereka mengganti nikmat Allah dengan kekufuran seperti mereka yang menyembelih binatang ternak untuk mendekatkan diri kepada sesembahan-sesembahan mereka dari kalangan manusia, jin dan berhala. Dan juga seperti mereka yang menggunakan kenikmatan Allah untuk bermaksiat kepada-Nya baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Jika seorang hamba bisa terhalang untuk mendapatkan rizki yang merupakan penopang hidupnya karena dosa yang ia perbuat sebagaimana terdapat dalam hadits “sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar akan terhalang mendapatkan rizki karena dosa yang diperbuatnya,” lalu bagaimana doanya akan dikabulkan?.
Demi Allah sungguh keadaan mayoritas manusia benar-benar memprihatinkan… mereka menghambur-hamburkan kekayaan harta benda ke kanan ke kiri dan membelanjakannya dalam hura-hura dan permainan yang berisi perbuatan keji, guyonan, minum khomer dan perjudian di hotel-hotel berbintang yang senantiasa dibuka sejak matahari terbenam hingga terbit kembali. Mereka tidak mengetahui waktu maghrib, tidak mendengar adzan Isya’, tidak pernah melaksanakan shalat tahajjud di malam hari, tidak beristighfar di waktu sahur dan tidak ikut melaksanakan shalat fajar.
Sedangkan para fakir miskin –tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah- mereka   berkeliaran di jalan-jalan dan stasiun-stasiun. Diantara mereka ada yang menjadi pengemis yang meminta-minta kepada manusia sesuap makanan, diantara mereka juga ada yang menjaga harga diri dalam kondisi lapar mendatangi rumah-rumah demi untuk mendapatkan sepotong roti kering. Dimanakah posisi kalian dalam agama ini wahai orang-orang yang berenang-renang di lautan syahwat dengan mengendarai sampan kelezatan, padahal saudara-saudara kalian sesama manusia terbakar di dalam nerka rintihan yang terbakar di antara tulang-belulang kalian oleh pandangan sinis kalian dan kata-kata kalian yang tajam serta kesombongan yang memancing emosi?. Benarlah, bahwa laknat Allah akan menimpa kalian.

10.                        Kalian Mengubur Jenazah Di antara Kalian Tetapi Tidak Mengambil Pelajaran
Ya.. kita telah melihhat dengan mata kepala sendiri keadaan orang yang sedang mengalami sekarat, dahinya berkeringat, kedua matanya berputar-putar mencari sesuatu yang kemudian akan musnah untuk selamanya, lidah terasa berat hingga melemah, jari telunjuk yang terangkat dengan susah payah.. hempasan nafas yang terasa menyakitkan dan terputus-putus.. nafas yang terasa sesak dan lambat, perhelatan yang mengerikan yang setelah itu akan terjadi keheningan dalam rumah yang mencekam yang menyayat-nyayat dari waktu ke waktu diiringi isak tangis wanita  dan jeritan anak kecil.. kemudian kita katakan innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’un.
Hingaa ketika sudah selesai penguburan mayit, sang penasehat berdiri diatasnya untuk mengamalkan sunnah Rasulullah, yaitu memintakan ampun kepada saudaranya. Penguburan selesai dan para pengantar mulai meninggalkan kuburan, dunia mereka berseru… cepatlah…cepatlah   kehidupan masih berlanjut.. maka masing-masing bersegera untuk menempuh jalannya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga hal yang akan mengikuti si mayit, yaitu: keluarganya, amalannya dan hartanya. Yang dua akan kembali dan yang tinggal hanya satu. Keluarga dan hartanya akan kembali dan yang tinggal hanyalah amalnya”. (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
Wahai saudaraku untuk menghadapi hari seperti itulah hendaklah kita bersiap-siap.. siapkanlah bekal yang bermanfaat.. tinggalkanlah pengulur-uluran waktu karena kematian itu akan datang secara tiba-tiba






[1]Lihat QS. al-Baqarah: 143.
[2]Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

0 Comments:

Posting Komentar