Ada Apa Dengan Doa Kita
(Abu Yusuf Muhammad Yazid)
Diringkas Oleh: Fitra Hudaiya
Tulisan dalam buku ini adalah
penjelasan singkat atas perkataan imam ahli zuhud Ibrahim bin Adham (261 H)
yang menjelaskan di dalamnya beberapa
hal dari penghalang terkabulnya doa.
Diriwayatkan dari Syaqiq bin
Ibrahim, ia berkata: “Pada suatu ketika Ibrahim bin Adham masuk ke dalam salah
satu pasar di Bashrah, kemudian orang-orang berkumpul di hadapannya seraya
bertanya: “Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman di dalam
kitab-Nya:
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
kuperkenankan bagimu..” (QS. Al-Mu’min: 60)
Sedangkan kami telah berdoa kepadanya sejak setahun
lalu, akan tetapi ia belum juga mengabulkan do’a kami?”. Mendengar pernyataan
itu, maka Ibrahim bin Adham menjawab: “Wahai penduduk bashrah, sesungguhnya
hati-hati kalian telah mati disebabkan sepuluh hal:
1. Kalian
mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
2. Kalian
menbaca kitabullah tetapi tidak beramal dengannya.
3. Kalian
mengaku cinta kepada Rasulullah SAW, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
4. Kalian
mengetahui permusuhan setan kepada kalian tetapi kalian justru bersahabat
dengannya.
6. Kalian
mengatakan takut neraka tetapi kalian justru menggadaikan diri kalian
dengannya.
7. Kalian
mengetahui bahwa kematian itu adalah benar, tetapi kalian tidak bersiap-siap
menghadapinya.
8. Kalian
sibuk dengan aib saudara kalian tetapi justru mengabaikan aib kalian sendiri.
9. Kalian
telah menikmati berbagai nikmat Rabb kalian, akan tetapi kalian mensyukurinya.
10. Kalian
mengubur jenazah di antara kalian tetapi kalian tidak mengambil pelajaran
darinya.
Imam al-Qurthubi telah menyebutkan perkataan semacam
ini dalam tafsirnya dengan lafadz-lafadz yang berbeda, akan tetapi dengan makna
yang sama.
Qatadah berkata: “Ka’ab al Ahbar berkata, ‘umat ini
(islam) diberikan tiga hal yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, selain
seorang nabi, yaitu:
Pertama: Apabila Allah
Ta’ala mengutus seorang nabi maka ia berfirman kepadanya: “engkau adalah saksi
atas umat mu.”, dan “Aku menjadikan kalian (umat Islam) saksi atas sekalian
umat manusia.”[1]
Kedua: adalah Allah
berfirman kepada nabi: “sekali-kali, tidak ada kesempitan bagimu dalam agama.
Dan kepada umat ini Allah berfirman: “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al Hajj: 78).
Ketiga: adalah Allah
berfirman kepada nabi: “berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan
do’amu! Dan kepada umat ini Allah berfirman: “berdo’alah kepada-Ku, niscaya
akan kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’min: 60).”[2]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau
bersabda:
“Akan senantiasa dikabulkan do’a
seorang hamba, selama ia tidak berdo’a di dalamnya dengan permohonan yang
mengandung dosa (kemaksiatan) atau dimaksudkan untuk memutusakn silaturrahmi
atau tergesa-gesa dalam do’anya itu. Mereka (para sahabat) bertanya: “apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa
itu, ya rasulullah?” beliau bersabda: “pendo’a itu mengucapkan, aku telah
berdo’a, aku telah berdo’a; akan tetapi aku belum juga melihat bahwa do’aku
dikabulkan.” Maka, ketika itupun ia berhenti dan tidak lagi berdo’a.”
Ketahuilah, sesungguhnya yang termasuk dosa adalah
semua hal yang mengandung dosa, sedangkan yang termasuk memutuskan silaturrahmi
adalah melakukan berbagai hal yang dapat mengganggu hak-hak kaum muslim dan
dapat membuat mereka terzhalimi.
Sahl bin Abdullah at-Tastari berkata: “Syarat doa itu
ada tujuh, yaitu: rendah diri, takut, rasa harap, konsisten, khusyu’, bersifat
umum dan makan yang halal.”
Kita kembali kepada kata-kata Ibrahim bin Adham untuk
menjelaskan sedikit dan melihat kondisi yang mengerikan pada umat kita yang
sedang tercabik-cabik melalui hal itu.
1. Kalian
Mengenal Allah Tetapi Tidak Menunaikan Hak-Nya
Ibnu Katsir ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala: “Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS.
Adz-Dzariyat: 56). Beliau berkata: …..
Ibnu Juraij berkata: “Maksudnya adalah, dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin
dan manusia melainkan agar mereka mengenal-Ku…”
Maka dari itu, agar ciptaan-Nya yang berasal dari
kalangan jin dan manusia mengenal-Nya, lalu beribadah kepada-Nya saja yang
tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah mengutus para Nabi dan mengistimewakan mereka
dengan berbagai karamah dan mengutus para Rasul dan menguatkan mereka dengan
berbagai mu’jizat yang mulia serta menurunkan kitab-kitab yang berisi ayat-ayat
yang jelas dan terperinci..
Kita telah mengenal-Nya sebagaimana yang Dia
kehendaki… Lalu apakah hak Allah atas diri kita? Apakah kita telah menunaikan
hak ini sehingga kita berhak untuk mendapatkan pengabulan do’a?
Imam Bukhari berkata: Hadbah bin Khalid bercerita
kepada kami: Hammam bercerita kepada kami: qatadah bercerita kepada kami: Anas
bin Malik bercerita kepada kami dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: “ketika aku
membonceng Nabi SAW, tidak ada yang menghalangi diriku dan beliau melainkan
bagian belakang unta.
Maka beliau berkata: “Hai Mu’adz..”
Akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilan
mu ya rasulullah”. Kemudian beliau berjalan sebentar, lalu berkata: “hai
Mu’adz…”.
Akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilanmu
ya Rasulullah”. Kemudian beliau kembali berjalan sesaat, dan kembali berkata:
“Hai Mu’adz..”
Akupun menjawab: “Aku menyambut seruan dan panggilanmu
ya Rasulullah.”
Beliau bertanya:
“Tahukah kamu apakah hak Allah atas
para hamba-Nya?” aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau
bersabda: “Hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah mereka beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian beliau
kembali berjalan sebentar, kemudian beliau berkata: “hai Mu’adz bin jabal”,
akupun menjawab: “aku menyambut seruan dan panggilanmu ya Rasulullah”, lalu
beliau bertanya lagi: “tahukah kamu apakah hak para hamba atas Allah jika
mereka mengerjakan hal itu?” akupun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu” beliau bersabda: “hak para hamba atas Allah adalah hendaknya Dia tidak
mengazab mereka”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
2. Kalian
Membaca Kitabullah Tetapi Tidak Beramal Dengannya
Allah
berfirman:
“berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya kaumku menjadikan al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)
Ibnu Katsir berkata: Allah Ta’ala
telah mengabarkan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad SAW bahwa beliau telah
berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan”, hal itu beliau lakukan karena orang-orang musyrik
tidak mau menerima al Quran dan tidak mau mendengarnya. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala:
وَقَالَالَّذِينَكَفَرُوالَاتَسْمَعُوالِهَذَاالْقُرْآنِوَالْغَوْافِيهِلَعَلَّكُمْتَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang kafir itu berkata:
janganlah kalian mendengarkan al Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk di dalamnya
agar kalian menang”. (QS. Fushilat: 26)
Jadi, jika dibacakan al Quran kepada
mereka maka mereka akan banyak berceloteh tentang urusan-urusan yang lain agar
mereka tidak mendengarnya. Inilah bentuk ketidak acuhan mereka terhadap al
Qur’an. Tidak beriman dan tidak membenarkannya juga termasuk perbuatan tidak
acuh kepada al Qur’an. Tidak menghayati dan memahaminya juga termasuk perbuatan
tidak acuh kepada al Qur’an. Tidak mengamalkan, tidak melaksanakan perintah-perintahnya
dan menjauhi larangan-larangannya juga termasuk perbuatan tidak acuh terhadap
al Qur’an. Berpaling darinya dan lebih peduli dengan yang lain; baik berupa
sya’ir atau perkataan-perkataan atau nyanyian atau omong kosong atau kalam atau
mengambil jalan (pandangan hidup) yang diambil dari yang lain, juga termasuk
perbuatan tidak acuh terhadap al Qur’an. [Ibnu Katsir].
Ketahuilah, sesungguhnya mengamalkan
al Qur’an pada semua lini kehidupan adalah wajib. Tapi kebanyakan manusia
menyimpang, mereka telah berani mewajibkan sesuatu yang bertentangan dan
menyelisihi hukum Hakim yang paling bijaksana dengan alasan bahwa hukum-hukum al Qur’an itu sudah tidak
relevan dengan tuntutan dunia baru. Menurut Mereka Orang yang mencuri tidak
perlu dipotong tangannya tapi cukup dipenjara beberapa hari atau dengan
cara-cara lainnya, menghalakan zina
asalkan di tempat lokalisasi ataupun
pelakunya sama-sama mau. Na’udzu billaah.
Apakah belum sampai kepada mereka
firman-Nya:
وَمَنْأَعْرَضَعَنْذِكْرِيفَإِنَّلَهُمَعِيشَةًضَنْكًاوَنَحْشُرُهُيَوْمَالْقِيَامَةِأَعْمَى
“Dan
barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginyalah kehidupan yang
sempit, dan kami akan membangkitkannya dalam kondisi buta pada hari kiamat.” (QS. Thaha: 124)
Benar….benar…. hal itu telah sampai
kepada mereka dan mereka telah mendengarnya, tetapi kehidupan dunia dan
perhiasannya telah memperdaya mereka dan menjerumuskan mereka. Semoga Allah
melaknat mereka di dalam neraka-Nya.
3.
Kalian Mengaku Cinta Kepada
Rasulullah SAW, Tetapi Meninggalkan Sunnahnya
Sesungguhnya
, Allah telah mewajibkan kita mencintai Rasulullah SAW, Dialah yang telah
mengutusnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, maka tidak dianggap
beriman orang yang tidak mencintai beliau. Hal pertama yang menjadi tanda akan
benarnya dalam mencintai beliau adalah mentaati dan mengikuti sunnahnya. Banyak
ayat Allah yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya firman Allah:
“Katakanlah: Taatilah Allah dan
Rasul, jika kalian berpaling, maka sungguh Allah tidak akan mencintai orang-orang
kafir.” (QS. Ali Imran: 32)
Dan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin kalian. Jika kalian berselisih
dalam suatu masalah maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika
kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik dan menjadi
penakwilan yang paling baik.” (QS. an-Nisa: 59)
Dan firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berpaling dari pada-Nya
padahal kalian mendengar.” (QS. al-Anfal: 20)
Dan lain-lainnya: (QS. an-Nur: 54),
(QS. Muhammad: 33), (QS. an-Nisa: 80), (QS. an-Nur: 56), (QS. Ali Imran: 31)….
Bagaimana bisa, suatu
kaum mengaku telah mengikuti beliau SAW, padahal mereka telah berpaling dari
sunnahnya dan mengingkari para khalifah penggantinya? Bagaimana bisa, mereka
mengaku mencintai beliau padahal mereka tidak segera menolong dan membela
kehormatannya.
4.
Kalian mengetahui permusuhan
setan kepada kalian tetapi kalian justru mengikutnya.
Kita mengetahui dengan yakin
permusuhan setan kepada kita, dan ayat
pertama yang Allah Ta’ala kabarkan kepada kita tentang permusuhan Iblis yang
terlaknat kepada bapak kita Adam AS, adalah firman Allah Ta’ala:
“Lalu keduanya digelincirkan oleh
setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “turunlah
kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (QS. al
Baqarah: 36).
Firman Allah Ta’ala: (sebagian
kalian adalah musuh bagi sebagian yang lain)…. Sesungguhnya ini adalah
permusuhan yang berkesinambungan selama kehidupan pertama di dunia masih
berlangsung… permusuhan yang tidak akan pernah berhenti….. permusuhan yang akan
tetap dibawa hingga masuk ke kubur…
Rabb kita telah
memerintahkan kita untuk bermusuhan dengan musuh yang tidak bisa kita lihat
ini. Allah berfirman:
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh
bagimu, maka jadikanlah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-menyala.”
(QS. Fathir: 6).
Bagaimana kita tidak
menjadikannya sebagai musuh yang paling nyata, sedangkan Allah yang maha tinggi
dan maha agung telah menjelaskan kepada kita bahwa Iblis yang terlaknat telah
bersumpah dengan kemuliaanNya bahwa dia akan benar-benar bekerja keras untuk
menyesatkan kita.
Seaungguhnya Allah
Ta’ala telah melarang kita untuk mengikuti langkah-langkah musuh yang jelas itu
dalam banyak ayat, diantaranya adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman
masuklah kalian ke dalam Islam secara sempurna dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan, karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata.” (QS. al
Baqarah: 208).
Bagaimana doa kita akan
dikabulkan sedangkan di tengah-tengah kita ada penyembahan kepada berhala gaya
baru yang mereka sebut sebagai seni. Orang itulah yang matanya buta sehingga di
pagi hari kita mendengar para pemuda dan pemudi yang melakukan bunuh diri
karena kematian para biduan dan biduanita mereka…. Sedangkan di sore harinya
kita melihat ribuan orang saling menbunuh karena ada salah satu klub bola yang
mengalahkan klub yang lain.
Ya Allah sesungguhnya
kami berlindung kepada-Mu dari setan dan para sekutunya jangan sampai kami
melakukan keburukan atas diri kami atau kami melakukannya kepada seorang
muslim.
5.
Kalian Mengatakan mencintai
Surga, Tapi kalian Tidak Beramal Untuk Mendapatkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di
muka bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang
bertaqwa.” (QS. al Qashash: 83).
Mereka adalah kelompok
kecil yang berjumlah sedikit yang mengetahui nilai tawadhu’ kepada Allah dan
bersikap lembut kepada orang-orang beriman. Janganlah kamu mencari kedudukan
yang tinggi di dunia yang fana ini dan jangan berharap menjadi orang tinggi di
dalamnya.
Adapun kelompok yang
paling besar, maka kamu akan melihat orang yang mencari surga hanya dengan
angan-angan dan ucapan kosong, mereka sangat menginginkan kebaikan-kebaikan
surga yang indah tetapi sungai kelalaian menyeret mereka dan menjerumuskannya
ke lautan api yang dinyalakan yang akan naik sampai ke hati.
Dimanakah upaya yang
terpuji itu wahai orang-orang yang tertidur di dalam angan-angan kosong dari
amalan yang diterima?? Orrang meninggalkan shalat mencintai surga, orang yang
memakan riba juga mencintai surga, orang yang mengingkari puasa juga menyukai
surga. Lantas surga apa yang mereka bicarakan?? Ketika kamu bertanya kepada
mereka atau kamu menasehati mereka , niscaya akan mengatakan mengatakan
kepadamu: “barang siapa yang mengucapkan laa ilaha illallaah niscaya
akan masuk surga…” kalimat ini adalah kalimat yang hak, akan tetapi mereka
menjadikannya alasan untuk berpegang dengan hawa nafsu mereka yang batil..
memang benar laa ilaaha illaah adalah kunci surga, setiap kunci itu
harus memiliki gigi-gigi agar bisa untuk membuka.
Ya Allah jadikanlah
kami mencintai apa yang berada di sisi-Mu, dan bantulah kami dalam usaha kami
menuju kepadanya… dan jadikanlah keinginan kami adalah keridhaan-Mu wahai Rabb
manusia… Wahai Rajanya manusia… Wahai Ilahnya manusia.
6.
Kalian Mengatakan Takut Dengan
Neraka Tetapi Kalian Menggadaikan Diri Dengannya
Sesungguhnya “takut terhadap api”
adalah perkataan yang tidak asing dan sering terdengar di telinga kita… subhanallah,
takut terhadap api dunia akan menjadikan pelakunya (yang merasa takut) berusaha
“agar terhindar dari kebakaran.” Sehingga mereka mau membayarkan sejumlah uang
kepada perusahaan asuransi setiap tahun (agar harta mereka terlindungi dan
mendapatkan ganti rugi, jika terjadi kebakaran).
Subhanallah, mereka
melindungi diri mereka dari neraka kecil tetapi lalai dari menjaga diri dari
neraka hamiyah yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu… mereka takut
mobilnya terbakar atau rumahnya roboh atau kebunnya terbakar tetapi mereka
tidak takut dengan kulit-kulit mereka yang setiap kali hangus maka akan diganti
dengan kulit yang lain agar mereka merasakan siksaan.
Apakah mereka mengetahui bahwaashabul
yamin (golongan kanan) akan saling bertanya tentang keadaan mereka, lalu
mereka akan menjawab dengan firman Allah Ta’ala:
“…. Kami bukan termasuk orang-orang
yang shalat. Dan kami juga bukan termasuk orang yang suka memberi makan orang
miskin. Dan kami membicarakan yang batil bersama orang-orang yang membicarakan.
Dan kami mendustakan hari pembalasan hingga kematian datang kepada kami.” (QS. al
Mudatstsir: 47).
Jadi, Allah memiliki hak pada diri
kita, marilah kita melaksanakan shalat, marilah kita memberi makan anak yatim
dan orang miskin, menghentikan pembicaraan yang batil dan bermain-main.
Sesungguhnya Allah akan menghinakan anak
keturunan Adamdengan kematian, kemudian menjadikan dunia sebagai rumah
kehidupan, kemudian menjadi rumah kematian, dan menjadikan akhirat sebagai
rumah pembalasan kemudian menjadi rumah kekekalan.
7.
Kalian Mengetahui Bahwa Kematian Itu Adalah
Benar Tetapi Tidak Bersiap-Siap Menghadapinya
Maha Suci Allah yang Maha
Kekal seorang diri, dan menetapkan kehancuran bagi makhluk-Nya. Allah
berfirman:
“Setiap jiwa pasti akan
mengalami kematian, dan kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan
sebagai fitnah, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. al Anbiya: 35).
Sungguh banyak firman Allah
yang menyinggung tentang masalah ini,
diantaranya: (QS. al ‘Ankabut:
57), (QS. as Sajadah: 11), (QS. an Nisa: 78), (QS. al An’am: 61), (QS. al Waqi’ah:
60) dan lain-lain.
Marilah kita bertaubat sebelum
datang malaikat maut kepada kita lalu lisan kita terasa berat (untuk mengatakan
taubat) karena sekarat. Allah berfirman:
“Dan datanglah sakaratul maut
dengan benar, itulah hal yang kalian lalai dari padanya.” (QS. Qaaf: 19).
Bertaubatlah dan
bertaubatlah…. Dan bersiap-siaplah menjalani perjalanan akhirat, karena kita
tidak akan bisa kembali ke dunia hingga hari bangkit.
Bersiaplah untuk menghadapi
perjalanan menuju persinggahan akhirat yang pertama yaitu alam kubur…
siapkanlah diri kalian untuk menghadapi himpitannya dimana jika seseorang
selamat dari padanya niscaya Sa’ad akan benar-benar selamat dari himpitannya.
Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dari hadits
Ibnu Umar:
“Jika ada seseorang yang bisa
selamat dari himpitan kubur niscaya Sa’ad bin Mu’adz akan benar-benar selamat,
dia juga mengalami himpitan tetapi kemudian dia diberi kenyamanan..”- dikeluarkan oleh Suyuthy
dalam Jami’u Shoghir dan dishahihkan oleh al-Albani-.
Apabila ada seorang hamba
beriman yang dikubur, maka kuburan akan berkata: “selamat datang…. Sesungguhnya
kamu adalah orang yang paling aku cintai untuk berjalan di atas permukaanku
hingga pada hari ini akhirnya kamu mendatangi diriku, sekarang kamu telah berada
di dalam tubuhku, maka kamu akan melihat kelakuanku kepadamu”. Maka kemudian
kuburnya diluaskan seluas mata memandang dan dibukakan baginya pintu menuju
menuju surga…
Adapun jika hamba yang fajir
atau kafir dikubur, maka kuburan itu akan berkata kepadanya: “Tidak ada kata
selamat datang bagimu… karena kamu adalah orang yang paling tidak aku sukai
yang berjalan di atas permukaanku hingga hari ini kamu mendatangi diriku, maka
kamu akan melihat kelakuanku kepadamu”… Maka kemudian kuburannya menyempit
hingga bertemu kedua sisinya dan berhamburanlah tulang belulangnya, dan
datanglah 70 ekor ular berbisa, kalaulah ada seekor ular (dari ketujuh puluh
ekor itu) yang diletakkan di atas bumi niscaya tidak akan sesuatupun yang bisa tumbuh. Dan selama dunia masih ada, maka
ular-ular itu akan menggigit dan mematuknya hingga datangnya hari perhitungan..
Sesungguhnya kuburan adalah salah satu taman dari taman-taman surga atau salah
satu jurang dari jurang-jurang api neraka…”. (Dikeluarkan oleh Imam Suyuthi
dalam jami’u Shahih dan disandarkan kepada Tirmidzi, al-Albani berkata: Hadits
ini dha’if).
Ya allah sesungguhnya kami
berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, siksa kubur, fitnah orang yang
masih hidup dan yang telah mati dan dari fitnah Dajjal al masih.
8.
Kalian Sibuk Dengan Aib Orang Lain Tetapi
Melupakan Aib Kalian Sendiri
Ini adalah bencana terbesar
yang menimpa mayoritas manusia… setiap orang suka melihat aib saudaranya,
keluarganya, tetangganya, kerabat dekat mereka dan yang jauh. Dia selalu
mengintainya siang dan malam, dan dia tidak melihat bahwa dirinya juga memiliki
aib.
Di warung-warung kopi,
klub-klub, bioskop-bioskop dan pasar-pasar tidak ada yang kamu dengar selain
ghibah, kedustaan, cela mencela, adu domba, bersilat lidah, berburuk sangka,
memakan daging manusia yang masih hidup dan yang sudah mati, laknat dan
pengkafiran.. Fulan ini begini dan
begini.. dan fulanah itu begini dan begini.. seolah-seolah seluruh makhluk
tidak ada yang melarang kejahatan ini.. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita
lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) itu
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan jangan panggil-memanggil dengan gelaran yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kalian mengunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang.” (QS. al Hujurat: 11-12)
Tentang sebab turunnya ayat
ini, maka ada perselisihan di kalangan mufassirin, Ibnu Abbas berkata: ayat ini
turun berkaitan dengan Tsabit bin Qais bin Syammam yang telinganya agak tuli,
jika para sahabat datang lebih dahulu ke majelis Nabi SAW maka mereka menyingkir darinya, sehingga dia
dia duduk di sisi Nabi SAW agar bisa mendengar apa yang beliau sabdakan. Pada
suatu hari dia ketinggalan sholat fajar satu raka’at bersama Nabi SAW, maka
ketika Nabi setelah selesai shalat, para sahabat menempati tempat duduknya
masing-masing, dan mereka saling merapatkan satu sama lain sehingga tidak ada
tempat lain untuk satu orang saja. Hingga ada seorang lelaki yang tidak
mendapatkan tempat duduk hingga diapun harus berdiri. Maka ketika Tsabit telah
selesai melaksakan shalat, dia pun menyibak pundak-pundak manusia seraya
berkata: “lapangkanlah…lapangkanlah…”, maka para sahabatpun memberinya jalan
hingga dia sampai kepada Nabi SAW, antara dia dengan Nabi ada seorang lelaki,
maka Tsabit pun berkata kepadanya: “berilah aku jalan.” Maka lelaki itupun
berkata kepadanya: “Aku sudah mendapatkan tempat duduk, lalu menempatinya.”
Maka Tsabitpun duduk di belakangnya dengan hati dongkol. Kemudian beliau
berkata: “siapa lelaki ini?.” Para sahabat menjawab: “fulan”, maka Tsabitpun berkata:
“Ibnu fulanah yang ikut terhina “yaitu nama ibunya ketika masih jahiliyyah,
maka lelaki itupun menjadi malu, lalu dia beranjak dari tempat itu.”
Dhahhak berkata: “ayat ini
turun berkaitan tentang utusan Bani
Tamim yang cerita mereka disebutkan pada awal surat ini, mereka mengolok-ngolok
para sahabat yang fakir, seperti ‘Ammar, Khabbab, Ibnu Fahirah, Bilal, Suhaib,
Salman, Salim maula Abi Hudzaifah dan lain sebagainya. Ketiak mereka melihat
kondisi mereka yang menyedihkan, maka ayat ini turun kepada orang-orang beriman
di antara mereka.”
Mujahid berkata: “makna ayat
ini adalah cemoohan orang kaya kepada orang fakir.”
Secara umum intinya adalah:
hendaknya jangan sampai ada seseorang yang berani mengolok-olok orang lain secara langsung, apabila dia melihatnya
dalam kondisi kusut atau tubuhnya cacat atau tidak fasih dalam berbicara.
Karena bisa jadi hatinya lebih ikhlas dan lebih bersih daripada orang yang
kondisinya bertolak belakang dengan hal itu. Dia telah menzhalimi dirinya
dengan cara menghina orang yang dimuliakan oleh Allah, dan mengolok-olok orang
yang diagungkan oleh Allah.
Mereka disebut kaum karena
berdiri bersama pendukung mereka di dalam kekerasan. Dikatakan pula:
sesungguhnya kaum itu adalah jamak dari kata qaim, kemudian digunakan
dalam setiap bentuk jamak meskipun mereka tidak berdiri. Terkadang, wanitapun
juga termasuk kaum secara majaz (kiasan).
Wanita disebutkan secara
tersendiri karena cemoohan itu lebih banyak keluar dari mulut mereka.
Imam ath-Thabary berkata:
“al-Lamzu itu mencela dengan tangan, mata, lisan dan isyarat, sedangkan al
Hamzu adalah celaan yang hanya dilakukan dengan lisan.
Rasulullah bersabda:
“salah seorang dari kalian
mampu melihat kotoran yang berada di mata saudaranya tetapi dia justru
membiarkan penyakit yang ada di matanya.”
Allah telah menyerupakan
ghibah dengan memakan bangkai, karena orang yang sudah mati itu tidak akan tahu
kalau dagingnya dimakan, senagaimana orang yang hidup juga tidak mengetahui
gunjingan orang yang menggibahnya.
Ibnu Abbas berkata: Allah
memberikan perumpamaan ini kepada kasus ghibah karena memakan daging orang yang
telah mati itu adalah haram dan busuk, begitu juga ghibah juga haram dalam
agama dan keburukan di dalam jiwa.
9.
Kalian Telah Menikmati Berbagai Nikmat Rabb
Kalian Tetapi Kalian Tidak Mau Bersyukur Kepada-Nya
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Ibnu Katsir berkata: firman
Allah Ta’ala: “dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa saja yang kamu mohonkan”. Allah
mengatakan bahwa Dia telah mempersiapkan bagi kalian apa saja yang kalian
butuhkan untuk semua kondisi kalian sesuai dengan apa yang kalian minta dengan
keadaan kalian. Sebagian salaf berkata: “dari segala apa yang kalian minta dan
yang tidak kalian minta sekalipun.” Sebagian mereka ada yang membaca “wa
aataakum min kulli maa saaltumuuhu.”
Firman Allah Ta’ala: “dan
jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan
menghinggakannya.”Allah Ta’ala mengabarkan tentang kelemahan
hamba-hamba-Nya utnuk menghitung nikamt apalagi untuk mensyukuri, sebagaimana
perkataan Thalaq bin Hubaib : sesungguhnya hak Allah itu lebih berat dari pada
yang dilakukan oleh para hamba, dan nikmat Allah itu lebih banyak sehingga
tidak akan mampu dihitung oleh para hambu, tetapi hendaklah mereka bertaubat di
pagi dan sore hari.
Firman Allah Ta’ala: “sesungguhnya
manusia itu benar-benar zhalim lagi kufur.” Kata insan pada ayat ini adalah lafaz jenis tetapi
maksudnya adalah untuk pengkhususan. Ibnu Abbas berkata: Maksudnya adalah Abu
Jahal. Ada juga yang mengatakan: maksudnya adalah semua orang-orang kafir.
Syukur adalah ibadah yang
Allah perintahkan di dalam firman-Nya: “Tetapi Dialah Allah maka ibadahilah Dia dan jadilah kalian orang-orang yang
bersyukur.” (QS. az-Zumar: 66).
Akan tetapi Iblis telah
membuktikan janjinya kepada mayoritas manusia, mereka mengganti nikmat Allah
dengan kekufuran seperti mereka yang menyembelih binatang ternak untuk
mendekatkan diri kepada sesembahan-sesembahan mereka dari kalangan manusia, jin
dan berhala. Dan juga seperti mereka yang menggunakan kenikmatan Allah untuk
bermaksiat kepada-Nya baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Jika seorang hamba bisa
terhalang untuk mendapatkan rizki yang merupakan penopang hidupnya karena dosa
yang ia perbuat sebagaimana terdapat dalam hadits “sesungguhnya seorang
hamba itu benar-benar akan terhalang mendapatkan rizki karena dosa yang diperbuatnya,”
lalu bagaimana doanya akan dikabulkan?.
Demi Allah sungguh keadaan
mayoritas manusia benar-benar memprihatinkan… mereka menghambur-hamburkan
kekayaan harta benda ke kanan ke kiri dan membelanjakannya dalam hura-hura dan
permainan yang berisi perbuatan keji, guyonan, minum khomer dan perjudian di
hotel-hotel berbintang yang senantiasa dibuka sejak matahari terbenam hingga
terbit kembali. Mereka tidak mengetahui waktu maghrib, tidak mendengar adzan
Isya’, tidak pernah melaksanakan shalat tahajjud di malam hari, tidak
beristighfar di waktu sahur dan tidak ikut melaksanakan shalat fajar.
Sedangkan para fakir miskin
–tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah- mereka berkeliaran di jalan-jalan dan
stasiun-stasiun. Diantara mereka ada yang menjadi pengemis yang meminta-minta
kepada manusia sesuap makanan, diantara mereka juga ada yang menjaga harga diri
dalam kondisi lapar mendatangi rumah-rumah demi untuk mendapatkan sepotong roti
kering. Dimanakah posisi kalian dalam agama ini wahai orang-orang yang
berenang-renang di lautan syahwat dengan mengendarai sampan kelezatan, padahal
saudara-saudara kalian sesama manusia terbakar di dalam nerka rintihan yang
terbakar di antara tulang-belulang kalian oleh pandangan sinis kalian dan
kata-kata kalian yang tajam serta kesombongan yang memancing emosi?. Benarlah,
bahwa laknat Allah akan menimpa kalian.
10.
Kalian Mengubur Jenazah Di antara Kalian Tetapi
Tidak Mengambil Pelajaran
Ya.. kita telah melihhat
dengan mata kepala sendiri keadaan orang yang sedang mengalami sekarat, dahinya
berkeringat, kedua matanya berputar-putar mencari sesuatu yang kemudian akan
musnah untuk selamanya, lidah terasa berat hingga melemah, jari telunjuk yang
terangkat dengan susah payah.. hempasan nafas yang terasa menyakitkan dan
terputus-putus.. nafas yang terasa sesak dan lambat, perhelatan yang mengerikan
yang setelah itu akan terjadi keheningan dalam rumah yang mencekam yang
menyayat-nyayat dari waktu ke waktu diiringi isak tangis wanita dan jeritan anak kecil.. kemudian kita
katakan innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’un.
Hingaa ketika sudah selesai
penguburan mayit, sang penasehat berdiri diatasnya untuk mengamalkan sunnah
Rasulullah, yaitu memintakan ampun kepada saudaranya. Penguburan selesai dan
para pengantar mulai meninggalkan kuburan, dunia mereka berseru…
cepatlah…cepatlah kehidupan masih
berlanjut.. maka masing-masing bersegera untuk menempuh jalannya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga hal yang akan
mengikuti si mayit, yaitu: keluarganya, amalannya dan hartanya. Yang dua akan
kembali dan yang tinggal hanya satu. Keluarga dan hartanya akan kembali dan
yang tinggal hanyalah amalnya”. (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
Wahai saudaraku untuk
menghadapi hari seperti itulah hendaklah kita bersiap-siap.. siapkanlah bekal
yang bermanfaat.. tinggalkanlah pengulur-uluran waktu karena kematian itu akan
datang secara tiba-tiba
0 Comments:
Posting Komentar