Senin, 12 Oktober 2020

Hikmah dari perjalanan hidup Nabi Ibrohim AS

 


Hikmah dari perjalanan hidup Nabi Ibrohim AS

Oleh : Ust. Khotibul Umam

Hikmah tentang idul adha, tidak sekedar menampilkan sembelihan hewan Qurban yang di lakukan setiap tahun yang terkadang bagi sebagian orang hanya menjadi ritual tahuanan saja. ada pesan pesan yang lebih penting, ada hikmah - hikmah yang sangat istimewa, bahkan saking istimewanya di abadikan dalam ayat ayat Al - Qur'an, di tegaskan dalam untaian untaian sunnah Rosulullah Shalallhu alaihi wa sallam.

Nabi Ibrohim AS tidak mudah mendapatkan gelar Kholilulllah, Allah langsung yang memberikannya dan menyebutkannnya di dalam al Qur'an, Allah Berfirman ( An Nisa ayat 125 ) :

وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

namnya terus Allah abadikan bahkan selalu kita sebut dalam shalat - shalat kita,dalam shalawat shalwat kita kepada Nabi Muhammad SAW.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Pertanyaannya, sebagai manusia biasa, lalu bagaimana bisa di sanjung oleh Allah sebagai khalilullah, Abul Anbiya, di baca namanya dalam tidap shalawat dari pagi sampai dengan malam, apakah dengan capaian ini, sekedar mudah di raih seperti membalikkan kedua telapak tangan ?. tidak . ada pesan yang tiap tahun di sampaikan kepada kita mealui ritual Qurban, kita di minta belajar bahwa untuk mendapatkan status terbaik ini yang kemudian di contohkan dan di pelopori oleh nabi Muhammad saw , ada perjalanan yang harus kita lalui

HIKMAH PERTAMA : Ibrahim adalah orang yang paling benar iman nya Kepada Allah

Allah berfirman di dalam Al Qur'an Surat Al An’am :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (٧٨)

74. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim[1] berkata kepada ayahnya, Aazar[2], “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan?”[3] Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”[4]

75. Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi[5], dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.

76. Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang[6] (lalu) dia berkata[7], “Inikah Tuhanku?”[8] Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam[9].”

77. Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata[10], “Inikah Tuhanku?”[11] Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku[12], pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat[13].”

78. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inikah Tuhanku?”, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam[14], dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan[15].”

sampai ketika menemukan tuhan yang sesungguhnya lalu nabi ibrohim berkata:

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)

79.[16] Aku hadapkan wajahku[17] kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Surat An Nahl 120-121

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),

شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.

HIKMAH KEDUA : Bersabar di balik kesulitan pasti akan datangkan kemudahan. dan Allah akan anugerahkan sesuatu yang selama ini kita idam idamkan.

setelah nabi Ibrohim dekat dengan Allah, paham dengan tuhannya, bertauhid dengan benar, kemudian sudah beribadah, lalu apa yang terjadi ? ternyata tidak mudah meraihnya, beliau di asingkan oleh keluarganya, di ancam oleh bapaknya, di bakar, kemudian terusir dari kampungnya.

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46

Berkata bapaknya, "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.”

Di Bakar Oleh Kaum Nya

قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ

Allah berfirman: "Wahai api, dinginlah kamu, dan jangan membahayakan keselamatan Ibrahim." (QS Al-Anbiya' (21) : 69)

قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ

Allah berfirman: "Wahai api, dinginlah kamu, dan jangan membahayakan keselamatan Ibrahim." (QS Al-Anbiya' (21) : 69)

وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ

Kaum Ibrahim kemudian berupaya melakukan tipu muslihat kepada Ibrahim. Namun kaum Ibrahim itu justru Kami jadikan golongan orang yang lebih sengsara. (QS Al-Anbiya' (21) : 70)

HIKMAH KETIGA : Nabi Ibrahim tidak membantah wahyu, ia sangat patuh pada wahyu.

Pertama, wahyu untuk membawa siti hajar dan ismail  yang baru lahir, untuk di tinggalkan  di tanah tandus yang tidak ada apa – apa, tanaman pun tidak tumbuh.

Tempatnya bukan di tempat dia di lahirkan, lahir di Palestina lharus di bawa ke makkah, jaraknya Jika di tempuh dengan mobil memakan waktu 1 hari 2 malam, tapi justru di tempuh oleh nabi ibrohim dengan jalan kaki. Allah abadikan dalam surat Ibrohim ayat 37 :

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,

Al Baqoroh ayat 126

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

HIKMAH KE EMPAT : Kecintaan pada Allah lebih didahulukan oleh Nabi Ibrahim dari kecintaan pada anak/Dunia

perintah untuk menyembelih putranya Ismail, nabi Ibrohim meminta pendapat kepada anaknya.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab: “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami memanggilnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102 - 107)

padahal itu hanya mimpi, nabi Ismail bisa mengatakan , pak ini kan hanya mimpi, itu kan hanya bunga tidur, tidak, tapi justru nabi Ismail mengatakan, ( yaaaa abatif'al maaa tukmar ). karena dia tau bahwa ayahnya adalah seorang nabi dan itu pasti wahyu dari Allah.

abi panggilan hormat, kehormatan, buya panggilan sayang jika di gabungkan kedua nya, maka menjadi ya abatiiiiii

HIKMAH KELIMA : Sifat anak yang saleh adalah patuh pada orang tua seperti patuhnya Ismail pada ayahnya Ibrahim.

perintah meninggikan ka'bah

lihat betapa teladannya nabi Ibrohim, beliau di Palestine sedangkan nabi ismail di makkah, di balik kesibukannya sebagai nabi dan sebagai bapak yang harus mencari nafkah, di balik - kesibukannya itu, dia bolak - balik datang untuk memastikan pertumbuhan nabi Islmail, siapa teman main , dan sebagainya, betul - betul di perhatikan anaknya, lalu apa timbal balik anak yang betul betul di perhatikan oleh bapaknya itu adalah pada saat turun perintah dari Allah dalam surah 2 ayat 127, untuk meninggikan kembali pondasi ka'bah yang dulu pernah hancur pada masa nya nabi nuh AS

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

tapak kaki pertama di sebut dengan makam, sekarang di abadikan dengan maqom Ibrohim, lalu Ismail datang dari sisi yang lain, usia masih muda belum sempat baligh, datang membantu ayahnya, membawa batu, batu dalam bahasa arab di sebut dengan hajar, jika di susun sebidang di sebut dengan hijr, kalau di bangun jadi ruangan atau di sekat disebut dengan hujrah, dia datang membantu bapaknya dan sisi bantuan itu sampai sekarang di sebut dengan hijr Ismail. anak belum baligh 4/5 th melihat ayahnya kerja  mau membantu dan menawarkan diri.

perintah untuk di sembelih

perintah untuk menceraikan istrinya . dll

makanya kaum muslimin kita sebagai ayah jangan mau sholeh sendirian, ajak istri kita dan agar kita agar taaat kepada Allah swt. tugas kita sebagai suami yang paling utama adalah,

yaaa ayyuhallazdi na quuuu anfusakum.........

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments:

Posting Komentar