Selasa, 24 Juni 2014

WAJAH PERADABAN BARAT

WAJAH PERADABAN BARAT
karya Adian Husaini

Konfrontasi Intelektual
Buku ini sebagian besar mengungkapkan fakta dan akar historis peradaban Barat yang bertransformasi dari Cristendom menuju liberalisme – sekulerisme, serta pelbagai persoalan besar yang ditimbulkannya terhadap dunia kita dewasa ini. Dalam pembahasannya, buku ini sering menggunakan istilah " Barat sekuler – liberal " . Namun hal ini bukan berarti bahwa penulis memukul rata  semua yang berasal dari Barat dan bersikap anti kepadanya, melainkan untuk mengembangkan sikap kritis yang proporsional.
Salah satu tesis penting yang dibahas dalam buku ini adalah "Konfrontasi Permanen" sebagai anti tesis terhadap teori "Benturan Peradaban "  dari Bernard Lewis yang kemudian disebar luaskan oleh Samuel P. Huntington. Kata " Konfrontasi " diambil dari tesis Prof. Syed Muhammad Naquib al Attas ( Bab 11 ), tidak harus diartikan sebagai benturan fisik' atau peperangan militer. Konfrontasi disini lebih ditekankan kepada aspek intelektual dimana terdapat perbedaan yang mendasar antara pandangan hidup Islam dengan pandangan hidup Barat, dan bangunan yang berdiri diatasnya. Konfrontasi juga tidak berarti tidak ada hubungan antara peradaban Islam dan Barat. Dalam sejarah terbukti, selama konfrontasi fisik berlangsung ratusan tahun dalam perang Salib, antara pasukan muslim dan kristen, telah terjadi interaksi sosial – budaya yang cukup intensif. Antara peradaban akan senantiasa  terjadi interaksi, saling memberi dan menerima.


Paham Sekuler Barawal Disini
Sejak tahun 1970-an, cengkraman pemikiran sekuler sudah dijejalkan kemurid–murid SMP di Indonesia, misalnya melalui pelajaran sejarah. Buku pelajaran sejarah SMP dimasa itu menggambarkan Musthafa Kemal Ataturk sebagai pahlawan Turki yang begitu besar  jasanya, seolah – olah tanpa dosa. Adalah artikel – artikel Buya Hamka di Majalah Panji Masyarakat  dalam rubrik dari hati – kehati yang banyak membuka mata penulis tentang persoalan pergulatan peradaban Barat, kristen, Yahudi dan Islam. Penjelasan mengenai siapa sesungguhnya Ataturkpun beliau dapatkan dari buah pena Buya Hamka. Tulisan – tulisan Buya bisa menjadi amunisi untuk berdebat dengan guru Biologi yang ngotot membela keilmiahan teori Darwin.
Sekulerisme dan Liberalisme yang lahir dari rahim peradaban Barat tidak terlepas dari problema dan keagamaan kristen di Barat. Jika di telaah lebih cermat, ada perbedaan yang Fundamental antara Islam dan kristen baik dari tinjauan teologis maupu historisnya. Karena itu seyogyanya kaum muslim bisa mengambil sesuatu yang bermanfaat dari Barat, tanpa menghancurkan bangunan Islam. Tidak perlu mengikuti tradisi kaum pemikir kristen Barat yang kecewa  pada doktrin–doktrin dan sejarah agama mereka, lalu mengaplikasikan metodologi sekuler–liberal dalam memahami Islam.
Kita harus mengakui, bahwa Barat memang memiliki berbagai keunggulan dalam studi Islam, karena mereka sudah menyiapkan hal ini dengan sungguh– sungguh selama ratusan tahun. Literatur–literatur keislaman juga berhasil mereka himpun dengan baik. Sarjana dan pakar diberbagai bidang kajian Islam juga sudah mereka miliki. Dengan keunggulan ekonomi, mereka juga memberikan fasilitas belajar yang nyaman banyak sarjana muslim dari berbagai dunia Islam. Maka setiap tahun, kita menyaksikan ribuan sarjana muslim belajar tentang Islam kepada sarjana – sarjana yahudi dan kristen. Sementara itu, pada saat yang sama, hampir tidak ditemukan, ada sarjana kristen – yahudi yang belajar tentang agama mereka kepada sarjana muslim.
Tentu ini bahan intropeksi diri. Belajar kepada siapa saja memang tidak salah. Yang penting memahami, mana emas dan mana besi berkarat, mana shampo dan mana Oli. Untuk memahami itu tentunya perlu persiapan yang matang. Sedangkan ironisnya, fasilitas kajian tentang hal itu di Indonesia masih sangat minim. Padahal, untuk kebutuhan saat ini, untuk menjadi muslim yang berkualitas, mutlak diperlukan pemahaman yang dalam terhadap Islam yang baik, sekaligus memahami peradaban Barat. Sebab, peradaban Baratlah yang sekarang sedang menguasai dunia dan memaksakan nilai–nilai dan pandangan hidupnya disamping produk–produk ekonominya untuk dikonsumsi umat manusia.



Asal Peradaban Barat
Sebagaimana bisa disimak dalam buku ini, peradaban Barat sejatinya merupakan ramuan dari unsur–unsur Yunani Kuno, kristen dan tradisi paganisme Eropa. Meskipun Barat telah menjadi sekuler – liberal, namun sentimen – sentimen keagamaan kristen terus mewarnai kehidupan mereka.
Dimasa klasik dulu, seorang misionaris legendaris Henry Martyn, menyatakan, " Saya datang menemui umat Islam, tidak dengan senjata, tapi dengan kata – kata, tidak dengan pasukan tapi dengan akal sehat, tidak dengan kebencian tapi dengan cinta. " Ia berpendapat, bahwa perang salib telah gagal. Karena itu, untuk ' menaklukan ' dunia Islam, dia mengajukan resep; gunakan " kata, logika, dan cinta. Bukan kekuatan senjata atau kekerasan.
Kekuatan "kata dan kasih" terbukti ampuh dalam sejarah dalam menggulung kekuatan – kekuatan Islam, yang biasanya disimbolkan dengan kekuatan – kekuatan yang tidak simpatik, seperti " ortodok, beku, dan berorentasi masa lalu, emosional." Sejarah menunjukan kolaborasi cendekiawan Turki, kristen Eropa dan Zeonis Yahudi berhasil menggulung Turki Utsmani. Ironisnya, dua dari empat orang yang menyerahkan surat pemecatan sultan Abdul Hamid II pada tahun 1909, adalah non Muslim, salah satunya, Emmanuel Karasu ( tokoh Yahudi ).
Dalam artikelnya di Harian Republika, ( Jum'at, 21 Mei 2004) yang berjudul " Mendudukan Orentalis " Hamid Fahmy Zarkasy menekankan, bahwa kajian – kajian keIslaman para Orentalis bagaimanapun Ilmiyahnya, ia tetap berpijak pada presupposisi Barat, dan terkadang kristen. Prinsip dasar bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah, dan Al Qur'an adalah firman Allah tidak menjadi asas bagi kajian mereka. Ini bisa dipahami, sebab dengan mengakui kerasulan Nabi Muhammad berarti mereka mengakui Islam sebagai agama terakhir. Mereka tidak mungkin pula mengakui Al Qur'an sebagai firman Allah. Sebab al Qur'an memuat banyak kecaman terhadap doktrin – doktrin agama Yahudi dan Nasroni, seperti Al Maidah : 17, 72-73 dan An Nisa ; 157, dan berbagai ayat lainnya.

Celaan Terhadap Nabi
Kandungan Al Qur'an yang mengecam agama Yahudi dan  Kristen seperti diatas akan menuai reaksi balik sepanjang masa, selamanya. Peter, pendeta di Maimuna misalnya, pada tahun 743 menyebut Rosululloh sebagai nabi Palsu. Yahya al Dimasqy  atau dikenal juga sebagai Jhon of Damascus ( 750 M. ) juga menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti – kristus. Jhon of Damascus berpendapat bahwa Muhammad seorang penipu kepada orang – orang arab  yang bodoh. Dengan liciknya, katanya, Muhammad bisa mengawini khodijah yang kaya raya sehingga mendapatkan kekayaan dan kesenangannya. Dengan cerdasnya, Muhammad menyembunyikan penyakit Epilepsi ketika menerima wahyu dari Jibril. Muhammad memiliki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. ( Danil J Sahas, Jhon of Damascus on Islam: "The Heresy  of the Ishmaelites, Leiden: E. J. Brill, 1972, hlm. 67-95)


Mengapa barat menjadi sekuler liberal ?
Melacak proses berubahnya Barat – kristen menjadi sekuler - liberal

Sekulerisasi merupakan fenomena khas dalam dunia kristen. Gereja dipaksa menjadi sekuler dengan melepaskan wilayah otoritasnya didunia politik. Dalam sejarah kristen Eropa kata sekuler dan liberal dimaknai sebagai pembebasan masyarakat dari cengkraman kekuasaan gereja, yang sangat kuat dan hegemonik dizaman pertengahan. Proses berikutnya bukan saja dalam bidang sosial – politik, tetapi juga menyangkut pemahaman keagamaan. Misalnya muncul pemahaman Yahudi liberal. Begitu juga merebaknya teologi liberal dalam dunia kristen. Proses sekuler – liberal agama kemudian diglobalisasikan dan dipromosikan keagama – agama lainnya termasuk Islam. Mengapa Barat memilih jalan hidup sekuler – liberal? Setidaknya ada tiga faktor penting yang menjadi latar belakang mengapa Barat memilih jalan hidup sekuler – liberal dan kemudian mengglobalkan pandangan hidup dan nilai – nilainya keseluruh dunia.
Pertama  : Trauma sejarah, khususnya yang berhubungan dengan dominasi agama kristen di zaman pertengahan.
Kedua        :  Problema teks Bible.
Ke tiga       :  Problema teologi Kristen.

Ketiga problema tersebut terkait satu dengan yang lainnya sehingga memunculkan sikap traumatis terhadap agama, yang pada ujungnya melahirkan sikap berfikir sekuler – liberal dalam sejarah pemikiran Barat modern.

Pertama : Problema Sejarah Kristen.
Sejarah kekeristenan, kata Bernard Lewis, banyak diwarnai dengan perpecahan (skisma) dan kekafiran, dan dengan konflik antar kelompok yang  berujung pada peperangan dan penindasan. Sejarah bermula sejak zaman konstantin Agung, dimana terjadi konflik antara gereja konstantinopel, Antioch, dan Alexandria. Lalu antara konstantinopel dan Roma, antara Katolik dan Protestan dan antara berbagai sekte dalam kristen. Setelah konflik – konflik berdarah banyak terjadi, maka muncul kalangan kristen yang berfikir bahwa kehidupan toleran antar kelompok masyarakat hanya mungkin dilakukan jika kekuasaan gereja untuk mengatur politik dihilangkan begitu juga campur tangan negara terhadap gereja.
Demikianlah pemberontakan demi pemberontakan terus berlangsung, sehingga kristen Eropa kemudian terbelah menjadi dua bagian besar, katolik dan Protestan. Beratus ratus tahun kedua agama ini bersaing dan saling melakukan aksi pembantaian. Di Prancis, pertarungan antara katolik dan Protestan Juga berlangsung sangat sengit. Salah satu kisah yang paling mengerikan adalah pembantaian kaum protestan terutama Calvinist – di Paris, oleh kaum katolik th 1572. diperkirakan 10.000 orang mati. Selama berminggu – minggu jalan – jalan di Paris dipenuhi dg mayat – mayat laki – laki, wanita, dan anak – anak yang membusuk.
Trauma inilah yang kemudian melahirkan paham sekulerisme dalam politik, mereka selalu beralasan jika agama dicampur dengan politik maka akan terjadi "politisi agama". Agama dianggap sebagai wilayah pribadi dan politik negara adalah wilayah publik. Pada tahap selanjutnya mereka terus mencari – cari dalil – dalil dan alasan teologis untuk memperkuat argumentasi sekulerisasi, khususnya ditemukan pada ayat–ayat tertentu pada Bible.
Trauma Barat terhadap sejarah keagamaan mereka berpengaruh besar terhadap cara pandang mereka terhadap agama. Jika disebut kata "religion" maka yang teringat dalam benak mereka adalah sejarah agama kristen, lengkap dengan doktrin, ritual, dan sejarahnya yang kelam yang diwarnai dengan inquisisi dan sejarah penindasannya atas para ilmuan.
Kedua : Problem Teks Bible
Problem ini terkait dengan otensitas teks Bible dan makna yang terkandung di dalamnya. Ada sebagian kalangan yang dengan gegabah mencoba menyamakan Bible dengan Al qur'an, dengan menyatakan semuanya kitab suci, dan semuanya adalah mukjizat. Padahal kalangan ilmuan Barat yang jeli, bisa membedakan antara kedua agama tersebut. Teks al Qur'an tidak mengalami problema sebagaimana problema teks Bible. Ricard Elliot dalam bukunya Who Wrote the Bible, menulis, bahwa hingga kini siapa yang sebenarnya menulis kitab ini masih merupakan misteri. Sementara dalam teksnya terjadi banyak kontradiksi.
Perjanjian baru juga menghadapi banyak problema otentisitas teks. Metzger menjelaskan, ada dua kondisi yang selalu dihadapi oleh penafsir Bible, yaitu 1] tidak adanya dokumen Bible yang original saat ini, 2] bahan – bahan yang ada pun saat ini bermacam – macam, berbeda satu dengan yang lainnya.
Antara tahun 1516 – 1633 terbit sekitar 160 versi Bible dalam bahasa Yunani. Jelas pakta tersebut sangat jauh dengan Al qur'an. Kaum muslimin tidak mengalami problema bahasa al Qur'an. Mereka masih membaca al Qur'an dengan bahasa arab dan beribadah dengan bahasa arab. Sesuatu yang tidak dapat dinikmati oleh kaum kristiani pada umumnya. Misalnya, kaum kristen di Sumatra Utara tidak bernyanyi – nyanyi  puji – pujian dengan bahasa Yunani, bahasa asli perjanjian lama. Bagaimanapun telitinya, satu terjamahan pasti tidak akan mampu mengekspresikan bahasa asalnya dengan tepat. Apalagi jika terjemahan tersebut sudah dilakukan keberbagai bahasa.

Ketiga : problem Teologi Kristen.
Setelah membahas puluhan konsep para teolog besar diera Barat modern, Groenen seorang teolog belanda memang akhirnya menyerah dan lelah' lalu sampai pada kesimpulan klasik bahwa konsep Kristen tentang Yesus memang sangat misterius' dan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Sebab itu, jangan dipikirkan. Kata dia,
"IMAN tidak tergantung pada pemikiran dan spekulasi para teolog, Yesus kristus, relevansi dan kebenaran abadi-Nya, akhirnya hanya tercapai dengan hati yang beriman dan berkasih. Yesus Kristus, kebenaran, selalu lebih besar dari otak manusia, meski otak itu sangat cerdas dan tajam sekali pun.
Bahkan hingga perdebatan seputar konsep teologi yang berpangkal pada konsep ketuhanan Yesus masih terus kontrovesi hingga sekarang. Peristiwa penyaliban memang paktor mendasar dalam teologi kristen, namun siapakah yang membunuh Yesus masih berlangsung hebat. Perdebatan seputar Yesus sendiri bahkan pernah menyentuh lebih jauh lagi, ya'ni mempertanyakan apakah sosok Yesus itu benar – benar ada atau sekedar fiktif dan simbolik?, bahkan kadangkala perdebatan tersebut sampai menyentuh aspek moralitas Yesus sendiri dalam aspek seksual. Marthin Luther sendiri melaporkan bahwa Yesus berzina sebanyak tiga kali.
Perdebatan seputar Yesus memang tidak berkesudahan. Padahal, diatas landasan ketuhanan Yesus  inilah teologi kristen ditegakkan.
Problema teologi kristen, problema teks bible, dan juga pengalaman Barat yang traumatis terhadap hegemoni gereja selama ratusan tahun telah membentuk sikap ' traumatis' mereka terhadap kristen. Dari sinilah muncul sekulerisasi yang meskipun tidak membunuh agama, tapi menempatkan agama pada pojok agama yang sempit. Tak hanya itu mereka melakukan proses liberalisasi dan dekontruksi besar – besaran terhadap berbagai doktrin kristen;
…….Dalam bidang sosial - politik mereka lahirkan konsep sekulerisme yang menemukan aplikasi penting pasca revolusi Prancis, 1789.
…….Dalam bidang teologi mereka mengembangkan konsep Teologi Inklusif dan Pluralis yang menolak klaim Kristen sebagai satu – satunya agama yang benar.
…….Dalam bidang organisasi keagamaan, mereka menghantam konsep 'Formal Religion' dan mengembangkan konsep agama sebagai aktivitas.
…….Dalam bidang kajian kitab suci, mereka mengembangkan 'Hermeneutika' yang mendekotruksi konsep Bible sebagai 'The Word of God'  dan mengembangkan metode historical criticsm terhadap Bible.
Melalui dominasi dan hegemoninya, Barat berusaha mengglobalkan konsep–konsep keilmuan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang pemikiran Islam. Proses liberalisasi dan sekulerisasi diberbagai bidang yang terjadi didunia Islam tidak lain adalah bagian  dari globalisasi yang berangkat dari pengalaman dan realitas Barat dengan berbagai unsur yang membentuknya, sebagai satu peradaban besar yang masih eksis hingga kini, Islam memiliki banyak perbedaan yang fundemental dengan peradaban Barat. Peradaban Barat modern mewarisi untuk berkuasa dari peradaban Romawi kuno. Tuhannya yang sebenarnya bukanlah kebahagiaan spritual melainkan keenakan, kenikmatan duniawi…

Perselingkuhan Dengan Zeonisme
" If you will it, it is no dream "
Theodore Herzl, Pendiri Gerakan Zeonisme.

Zeonisme dan para penentangnya
Salah satu masalah pelik yang dihadapi dunia Internasional saat ini adalah masalah Israel dan Palestina. Mahathir Mohammad, bekas perdana menteri Malasyia, pernah menyatakan bahwa Palestina adalah kunci perdamaian dunia. Dewasa ini politik hubungan Internasional dunia banyak dipengaruhi oleh persekutuan Zeonis Yahudi, Kristen Fundamentalis, dan Intelektual neo-Konservatif      di Amerika serikat dalam memperjuangkan dan membela Israel. Negara Israel saat ini adalah buah dari perjuangan idiologi yang disebut dengan Zeonisme".
Zeonisme bisa dikatakan satu idiologi sekuler yang sangat dramatis dan sukses mencapai tujuannya di abad ke-20. Idiologi ini di susun dengan sasaran jelas; membentuk negara Yahudi.
Fenomena gerakan Zeonis di Turki Utsmani ini menunjukan, kekuatan imperium yang telah bertahan selama 600 tahun ini bisa digulung – utamanya dari dalam- oleh kelompok Turki Muda [ The Young Turk] yaitu sebuah organisasi yang mempu memegang peran tinggi dalam kekuasaan Turki Utsmani, yang berkolaborasi dengan kekuatan Zeonis dan Barat. Turki muda yang berfikiran sekuler-liberal dan berorentasi Barat mengusung idiologi liberalisme, bersekutu dengan gerakan Fremansonry. Proses ini memakan waktu yang cukup panjang. Kelemahan internal Turki Utsmani juga merupakan faktor kondusif merebaknya gagasan westernisasi di Turki Utsmani, khususnya dikalangan elit Politik dan Intelektualnya. Sejarah kemudian menyaksikan nasib tragis sebuah kekuatan besar runtuh dan takluk terhadap kekuatan Barat dan Zeonis Yahudi.


The End Of History
Inilah semboyan yang didengungkan dipenghujung abad ke-20, dimana Amerika serikat telah menduduki kursi polisi dunia, dan tidak ada peradaban yang lain selain peradaban Barat duduk diatasnya super power Amerika serikat memegang kunci – kunci kekuasaan dunia. Dari sinilah mereka sepakat untuk mendirikan konsep Demokrasi liberal, dan menerapkannya keseluruh dunia. Era ini merupkan akhir sejarah [ the end of history ] namun kenyataannya mereka masih saja mendapat tantangan serius dalam menggolkan cita – cita mereka untuk menjadikan semua negara berkonsepkan demokrasi liberal. Fukuyama [seorang ilmuan prancis populer] menyorot dua kelompok agama yang menurutnya sangat sulit menerima demokrasi, yaitu Yahudi Ortodok dan Islam fundamentalis. Keduanya dia sebut sebagai "Totalistic Religion" yang ingin mengatur semua aspek kehidupan manusia baik yang bersifat fublik maupun pribadi, termasuk wilayah politik. Dan meskipun mereka menerima demokrasi namun mereka sangat sulit untuk menerima liberalisme, khususnya kebebasan beragama.
            Dengan demikian sistem demokrasi yang mereka usungpun tidak mudah begitu saja mereka globalisasikan diseluruh negara. Bahkan Sistem demokrasi liberal pun tidak kurang mendapatkan kritikan tajam, sepanjang sejarah peradaban Barat sendiri. Demokrasi liberal bukan hanya memiliki nilai – nilai positif, tapi juga menyimpan kelemahan – kelemahan internal yang fundamental. Dalam sistem inilah, ilmu pengetahuan tidak dihargai. Orang pintar disamakan haknya dengan orang bodoh. Seorang profesor ilmu politik memiliki hak suara yang sama dengan seorang pemabuk dan pezina. Seorang yang taat beragama disamakan hak suaranya dengan seorang preman, pengangguran, dan oportunis [mughtanim furshoh].

Kebingungan demokrasi – liberal :
Kasus pencalonan Georgi  W . Bush yang dipilih tidak dengan suara rakyat tapi dengan melalui mahkamah agung. Karena kacaunya suasana pencalonan Presiden pada waktu itu. Padahal suara terbanyak dari rakyat tertuju pada  Gore.
  • Bush menyerang Irak, tanpa persetujuan PBB. Jika percaya pada falsafah demokrasi, bahwa suara rakyat adalah suara tuhan, mengapa Barat selalu menolak melakukan restrukturisasi PBB, yang sudah puluhan tahun dituntut oleh mayoritas negara di dunia? Dan kenapa keputusan PBB itu menjadi tidak bergigi.
Berulang kali Majelis umum PBB mengeluarkan berbagai resolusi yang mengutuk Israel, tetapi tidak dapat direalisasikan karena dimentahkan di DK-PBB. tapi resolusi DK-PBB Amerika dapat melancarkan mesin perangnya ke berbagai belahan bumi.
Peradaban Amerika faktanya memang masih mendominan dalam berbagai bidang, dan merupakan peradaban besar yang menghegomoni dunia hingga kini. Tetapi, peradaban ini terbukti masih bersifat paradoks. Ia membawa berbagai kemajuan tetapi sekaligus juga membawa kehancuran bagi umat manusia.


Cara mereka memandang islam.
Begitu komunisme dianggap runtuh, dalam tempo singkat diskusi – diskusi tentang ' Ancaman Islam' atau bahaya Islam [ Islamic threat] bermunculan dimedia massa.
  • Huntington dalam bukunya, mengarahkan Barat agar memberi perhatian khusus terhadap Islam. Menurutnya diantara berbagai peradaban Barat yang masih eksis hingga kini, hanya Islamlah satu–satu nya peradaban yang berpotensi besar menggoncangkan peradaban Barat, sebagaimana dibuktikan dalam sejarah.
  • Proyek besar–besaran AS untuk menjadikan agenda ' perang melawan terorisme' sebagai agenda utama dalam politik internasional, terbukti kemudian lebih diarahkan untuk mengejar apa yang mereka sebut sebagai " Teroris Islam." Yang mereka nilai membahayakan  kepentingan Barat khususnya AS.
  • Amerika pun akhirnya melakukan 'serangang dini' dengan bahasa lugas doktrin 'serangan dini' ini Barat membunuh tikus dalam lubangnya' sehingga tidak membiarkannya atau memberi kesempatan kepada tikus untuk berkembang dan menyerang.
  • Tahun 1996, Huntington[1] mengingatkan Barat, " Jika malaysia dan Indonesia melanjutkan perkembangan ekonominya, keduanya akan menyajikan " Model Islam " sebagai tandingan terhadap model Barat dan Asia.
  • Setelah peristiwa WTC Huntington menulis; …..serangan – serangan terhadap New York dan Washington diikuti dengan perang terhadap Afganistan dan Irak serta perluasannya berupa " perang melawan terorisme " menjadikan Islam militan sebagai musuh utama abad ke-21.

Suka legenda dan mitos….
Masyarakat Barat, dalam sejarahnya hingga kini memang sangat menyukai legenda dan mitologi. Cruz mencatat, berbagai legenda tentang Islam dan kaum Muslimin tumbuh subur dan tersebar dikalangan masyarakat Barat, meskipun ketika itu pasukan salib sudah mengenal kaum muslimin dan berintraksi langsung dengan mereka dalam tempo yang sangat panjang.
  • Misalnya legenda bahwa Ida. Seorang janda pasukan salib dikawini seorang muslim dan melahirkan seorang anak bernama Zengi              (Nurudin Zengi), pahlawan Islam yang kemudian berhasil membalik situasi perang salib menjadi kemenangan ditangan kaum Muslimin. Zengi juga paman Sholahuddin al Ayubi, seorang keturunan Kurdi yang juga pahlawan perang salib terkenal.
  • Perlu dicatat bahwa kegemaran bangsa Kristen – Barat mendengar legenda ketimbang fakta – fakta yang nyata, tampaknya berkaitan dengan sejarah yunani yang hidup dengan berbagai legenda dan mitologi.
  • Di masa modern, Baratpun mengembangkan mitos–mitos yang mirip dengan mitologi Yunani. Cerita–cerita Superman dan Wonderwoman misalnya, mirip dengan cerita dalam mitologi Yunani.
  • Bisa disimak bagaimana pesat dan berpengaruhnya industri film di Barat yang pekerjaannya juga banyak memproduksi berbagai mitologi dan legenda, dan ternyata banyak disukai masyarakat Barat. Misalnya film Ghost, Rambo, Robin Hood, Batman, Superman, Spiderman, dan sebagainya.
  • Julukan " Mujahidin "  yang dulu Amerika lontarkan terhadap Toliban tatkala sama – sama melawan Uni Soviet, sekejap hilang dan berubah menjadi teroris dan dimitoskan sebagai " musuh dunia " yang paling berbahaya. Bahkan seolah – olah lebih berbahaya dan lebih dahsyat  kekuatannya ketimbang Uni Soviet.
  • Al Qaida dicitrakan lebih dahsyat dan lebih berbahaya dari Uni Soviet dan sekutunya tentu saja sebuah mitos, namun beginilah Amerika yang menempatkan Faktor ketakutan sebagai hukum pertama dalam mitologi Amerika.

Kristen Agama Yang Bingung
  • Di negara – negara Eropa Barat, jumlah pemeluk kristen yang pergi ke gereja seminggu sekali tidak sampai 10 persen. Sudah lama  Barat menjadi sekuler, dan menolak campur tangan agama dalam urusan politik dan urusan kehidupan yang lainnya. Namun, mereka tetaplah kristen. Meskipun Bible tidak lagi menjadi rujukun utama dalam hidupnya.
  • Dalam penjelasan kepada majalah ISLAMIA [edisi ke-3,2004] Syamsudin Arif menyatakan, bahwa secara umum, sikap masyarakat modern terhadap agama cenderung apatis, masa bodo dan tidak peduli efeknya sedikit betul yang betul – betul menjalankan agamanya.
[ hal 190]
  • Hal ini juga terjadi di Jerman, dimana menurut jajak pendapat yang dilakukan McKinsey baru – baru ini kredibilitas gereja di Jerman merosot drastis. Setiap tahun, gereja kehilangan rata – rata 300.000 anggotanya. Kalau ditanya kenapa meninggalkan gereja? Jawaban yang dilontarkan orang Jerman adalah banyak yang kecewa dengan kristen.[hal 191]
  • Fenomena Kristen Eropa menunjukan, agama kristen kelabakan menghadapi serbuan arus budaya Barat yang didominasi nilai – nilai Liberalisme, Sekulerisme, dan Hedonisme. [hal 193]

Selak Beluk Peradaban Barat
  • Peradaban Barat, menurut pemikir Islam asal India, Abu Hasan Ali an Nadwi, adalah kelanjutan peradaban Yunani dan Romawi Yang telah mewariskan kebudayaan politik, pemikiran, dan kebudayaan.
  • Kebudayaan Yunani yang menjadi inti kebudayaan Barat, memiliki sejumlah " Keistimewaan" Yaitu :
1)      kepercayaan yang berlebihan terhadap kemampuan panca indra dengan   meremehkan hal – hal yang diluar panca indra.
2)      kelangkaan rasa keagamaan dan kerohanian.
3)      sangat menjunjung tinggi kehidupan duniawi dan menaruh perhatian yang berlebihan terhadap manfaat dan kenikmatan hidup.
4)      memiliki kebanggaan patriotisme.
  • Semua itu dapat diringkas dalam satu kata " materialisme " [ hal 231 - 232  ]
  • Peradaban Romawi yang menggantikan peradaban Yunani memiliki ke unggulan dalam hal:
1)      Kekuatan.
2)      Tata pemerintahan.
3)      Luasnya wilayah
4)      Dan sifat – sifat kemiliteran.
  • Romawi kemudian mewarisi peradaban Yunani sampai keakar – akarnya, sehingga Bangsa Romawi tidak lagi berbeda dengan Yunani dalam karakteristik dasar. Keduanya memiliki persamaan besar; mengagungkan hal duniawi, skeptis terhadap agama, lemah iman, meremehkan ajaran dan praktik keagamaan, fanatik kebangsaan, serta patriotisme yang berlebihan.
  • Sejak semula mereka telah mengembangkan paham sekulerisme yang menganggap tuhan tidak berhak mengatur urusan politik maupun keduniaan lainnya.
  • Tuhan mereka yang sebenarnya bukanlah kebahagiaan spiritual melainkan keenakan dan kenikmatan duniawi. [ 232 ]
  • Para cendekiawan muslim melakukan kajian terhadap peradaban Barat, bukan karena kepentingan politik tetapi berusaha menyelami hakikat perbedaan antara peradaban Barat dan peradaban Islam. Diantara mereka muncul seorang cendekiawan muslim terkemuka kelahiran Bogor, Jawa Barat, bernama Syed Naquib Al Attas. Dibandingkan dengan cendekiawan – cendekiawan muslim lain Naquib al Attas mengungkapkan pandangan – pandangan yang lebih sistematis, filosofis dan mendasar tentang Barat. Ia mengungkapkan, karena adanya perbedaan yang sangat fundamental antara peradaban Barat dan peradaban Islam, maka apa yang sesungguhnya terjadi antara keduanya di sebut sebagai satu kondisi " permanent confrontation " [ konfrontasi permanen ], atau konflik abadi.
  • Al Attas meraih gelar Ph.D dari University of London, pada awal tahun 1970-an. Sejak itu justru ia semakin aktif menulis dan berceramah tentang tantangan dan ancaman peradaban Barat terhadap kaum Muslimin dan dunia Islam, khususnya dalam bidang keilmuan dan kebudayaan. Ia kemudian dikenal luas sebagai cendekiawan yang sangat kritis dalam menyorot masalah sekulerisme dan menulis satu buku yang sangat terkenal didunia internasional yaitu buku " Islam and seculerism " [ hal 235 ]

Sekulerisasi
Harvey Cox, penulis buku terkenal the seculer city, mengatakan : sekulerisasi adalah pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain menuju ' dunia kini'. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata Cox, maka kaum kristen tidak seyogyanya menolak sekulerisasi. Sebab sekulerisasi merupakan konsekuensi otentik dari kepercayaan Bible. Maka tugas kaum kristen adalah menyokong dan memelihara sekulerisasi.
Pengaruh bukunya ternyata melintasi batas negara dan agama. Di Yogyakarta sekolompok aktivis yang tergabung dalam lingkaran diskusi Limited Group dibawah bimbingan prof. Mukti Ali, sangat terpengaruh dengan buku The Sculer City-nya Harvey Cox. Diantara sejumlah aktivis dalam diskusi itu adalah M. Dawam Rahardjo, Johan Efendi dan Ahmad Wahib. Tetapi gagasan Cox ketika itu belum terlalu berkembang. Ahmad wahib hanya menulis catatan harian yang kemudian dikumpulkan dalam satu buku selepas meninggalnya. Jhohan Efendi pun tidak terlalu kuat pengaruhnya.
Pengaruh Cox baru tampak jelas terhadap pemikiran Nurkholis Majid yang ketika itu menjadi ketua umum pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam. Pada tanggal 2 januari 1970 Nurkholis Madjid secara resmi meluncurkan gagasan sekulerisasinya dalam sebuah diskusi dijalan Menteng Raya 58. ketika itu Nurkholis meluncurkan makalah berjudul "Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat." Dua puluh tahun kemudian gagasan itu kemudian diperkuat lagi dengan pidatonya di Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 21 oktober 1992, yang di beri judul " Beberapa renungan tentang kehidupan keagamaan di Indonesia". Setelah itu berjubelah para propaganda sekulerisasi di Indonesia.

  • Berbeda dengan Nurkholis Madjid yang menelan dan menyebarkan gagasan sekulerisasi, khususnya dari Harvey Cox, Naquib Al Attas melakukan perlawanan yang sengit terhadap penyebaran ' penyakit menular ' tersebut. Pada awal tahun 1973, al Attas sudah menulis sebuah buku yang mengkritik gagasan sekulerisasi. Dan pada tahun 1978, al Attas sudah menerbitkan buku Islam and scularism, yang sudah diterjemahkan kebahasa Arab, Turki, Persia, Urdu, India, Malasyia, Indonesia, Bosnia, dan Al Bania. [hal 264 ]

  • Menurut al Attas klaim bahwa akar sekulerisasi terdapat dalam kepercayaan Bible adalah keliru. Bagi Al Attas akar sekulerisasi bukan terdapat dalam Bible, tetapi terdapat dalam penafsiran orang Barat terhadap Bible. Ia dihasilkan oleh konflik lama antara akal dan Bible didalam pandangan hidup orang Barat.

  • Seorang propagandis Islam liberal menyatakan : Islam liberal bisa menerima bentuk negara sekuler sebab, negara sekuler bisa menampung energi kesalehan dan energi kemaksiatan sekaligus.

a)      Greg Barton menjelaskan beberapa prinsip Islam    liberal pentingnya konstekstualisasi ijtihad
b)      Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
c)      Penerimaan terhadap Pluralisme sosial dan pluralisme agama – agama.
d)      Pemisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara.

  • Menurut Barton ada empat tokoh Islam liberal di Indonesia : Abdurrohman Wahid, Nurkholis Madjid, Ahmad Wahib, dan Jhohan Efendi.[2] [ hal 265 ]
  • Negara sekuler adalah negara yang tidak memberikan peran kepada agama dalam kehidupan bernegara. Agama telah diasingkan dari kehidupan negara dalam berbagai sektornya. Ciri negara sekuler yang paling menonjol adalah hapusnya pendidikan agama di sekolah – sekolah umum. [ hal 270 ]


Eksperimen Sekulerisme; Kasus Turki
  • Secara manusiawi, sebagaimana kata – kata terkenal Ibnu Kholdun, memang ada kecenderungan orang – orang yang kalah untuk menjiplak pemenang. Sepanjang sejarah, fenomena itu banyak terjadi. Termasuk dikalangan Muslim. Kekaguman yang berlebihan terhadap kemajuan fisik peradaban Barat, menyebabkan hilangnya daya kritis untuk melihat perbedaan dan mutiara terpendam yang tinggi nilainya dalam peradaban Islam sendiri. Kekaguman itu kemudian di aplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, dengan asumsi bahwa jalan satu – satunya kaum muslim untuk bangkit dan maju adalah dengan menjiplak Barat. Eksperimen yang dilakukan di Turki adalah contoh yang paling menarik untuk di kaji dalam soal ini.
  • Abdulloh Cevdet, seorang tokoh Gerakan Turki Muda, misalnya mengatakan" yang ada hanya satu Peradaban, dan itu adalah peradaban Eropa. Karena itu kita harus meminjam peradaban Barat, baik bunga mawarnya maupun durinya sekaligus.
  • Turki kemudian dikenal sebagai negara yang mencoba semaksimal mungkin untuk menjiplak Barat dalam berbagai aspek kehidupan. Setelah tumbangnya Khilafah Utsmaniyah, 1923, laju imitasi Barat semakin kencang. Mereka berfikir dengan menjiplak Barat dan meninggalkan Islam Turki akan menjadi negara kuat dan Besar. Turki secara tegas menyebut dirinya sebagai negara sekuler. UUD Turki pasal  1 menegaskan; Turki adalah negara : 1] Republik 2] Nasionalis 3] Kerakyatan 4] Kenegaraan 5] Sekularis 6] Revolusioneris.
  • Sukses sekulerisasi adalah penggunaan bahasa Turki untuk adzan, th 1923. adzan versi turki ini di siapkan oleh Himpunan Linguistik dan di siarkan oleh kantor kepresidenan urusan agama. Melodi adzan turki di setujui oleh konservatori Musik Nasional, Ankara. Tahun 1933, keluar keputusan pemerintah yang menyatakan bahwa adzan dalam bahasa arab merupakan pelanggaran Hukum.

|  Diringkas dari Buku :
@ Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal
@ Karya Adian Husaini MA
@ Pustaka              : Gema Insani Press
@ Cet                     : pertama, April 2005 M
@ Jumlah halaman : 415






[1] Who are You, Samuel P. Huntington, penasihat politik terkemuka bagi pemerintah Amerika Serikat.
[2] Majalah Tempo, edisi 19 – 25, November 2001, Wajah Islam Liberal di Indonesia, ( jakarta : jaringan Islam Liberal, 2002 ), hal. 232-233, Greg Barton, gagasan Islam Liberal di Indonesia, ( jakarta Paramadina, 1999 )

0 Comments:

Posting Komentar